Grid.ID - Cerita seorang bocah bernama Hatf Saiful Rasul yang tewas bertempur bersama ISIS diungkapkan dalam esai yang ditulis ayahnya, Syaiful Anam dan telah dipubilkasikan secara online.
Saat itu, usia Hatf masih 11 tahun.
Hatf mengatakan kepada ayahnya, seorang militan islam yang sudah dijatuhi pidana, bahwa dia ingin meninggalkan sekolah dan pergi ke Suriah untuk memperjuangkan negara Islam.
Bocah tersebut pergi mengujungi ayahnya di sebuah penjara kemanan maksimum saat istirahat dari Ibnu Mas'ud, pesantrennya.
(BACA JUGA : Tidak Kere, Wanita Pengemis Ini Meninggal di Samping Tumpukan Uang dan Saldo Bank 1 Miliar Rupiah Miliknya )
Mendengar perkataan anaknya, Anam tidak merespon.
"Awalnya saya tidak merepon dan mengganggapnya hanya lelucon seorang anak," tulisnya.
Tapi, Hatf menyatakan kesediaannya itu berulang kali.
Anam pun setuju untuk membiarkan anaknya pergi.
(BACA JUGA : Misteri Wanita yang Masuki Rumah Terduga Teroris, Ada yang Janggal dari Motornya! )
Hatf pergi ke Suriah dengan sekelompok kerabat pada tahun 2015.
Hatf adalah satu di antara 12 orang dari pesantren Ibnu Mas'ud yang pergi ke Timur Tengah untuk memperjuangkan berdirinya negara Islam.
Dia telah berusaha untuk pergi ke sana antara tahun 2013 dan 2016.
Anam, mengatakan kepada Reuters dalam tulisan tangan untuk menanggapi pertanyaan selama persidangan di Jakarta pada bulan Juli.
(BACA JUGA : Wartawan Prancis ini Menyusup ke Sarang ISIS, Dia Terkejut, Tak Temukan Islam di Sana )
Foto yang dilihat oleh Reuters, dan menurut Anam diambil di Suriah itu telah diunggah di media sosial oleh Hatf.
Foto tersebut menunjukkan bocah laki-laki itu sedang makan dengan pria yang lebih tua dan seorang di mana anak muda tersebut memegang senapan AK-47.
Dalam tulisan Anam, dia menuliskan bahwa hatf bisa membongkar senapan dalam 32 detik.
Dia juga mengeluarkan pistol 9 mm, 2 granat tangan, pisau komando dan kompas.
(BACA JUGA : Kisah Anak Terduga Teroris, Memilih Tinggal Dengan Neneknya Ketimbang Ayahnya )
Anam, dikabari kondisi Hatf yang selamat dari satu serangan udara.
Saat itu serangan itu Hatf mengalami telinga berdarah dan gangguan pendengaran.
Nah, pada 1 September 2016, dua bulan setelah ulang tahunnya yang ke-13, Hatf terkena seranga udara lainnya.
Tak berselang lama, ISIS mengumumkan kematian tiga orang Indonesia di dekat kota Jarabulus di Suriah.
"Mujahid kecil yang bahagia sudah meninggal," tulis Anam dalam esainya.
"Tubuh kecilnya yang compang-camping hancur oleh bom".
Saya tidak merasa sedih atau kehilangan, kecuali kesedihan yang terbatas seperti ayah yang ditinggalkan oleh anak tercintanya," kata Anam kepada Reuters dalam catatan yang dia berikan di persidangan.
Bahkan, Anam merasa bahagia dan bangga dengan anaknya. (*)
Gagal Move On dan Tak Terima sang Mantan Pacar Sudah Punya Kekasih Baru, Pria Ini Culik sang Wanita tapi Keciduk Polisi, Begini Akhirnya
Source | : | Reuters |
Penulis | : | Arif B Setyanto |
Editor | : | Arif B Setyanto |