"Saya sanggup bekerja secara profesional namun disini saya bahkan tidak punya hak untuk bekerja. Saya sangat tertekan" - Abdul Bari
Grid.ID - Dari ruangan kamarnya yang kecil dan suram di Manchester, Inggris bagian utara, Abdul Bari memandang ke luar jendela.
Saat malam tiba, ketika ia terlelap dalam tidur, ia tak kuasa menghindari mimpi buruknya. Khawatir ia akan dikirim kembali ke Afghanistan.
"Saya sangat takut dideportasi, Taliban akan membunuh saya," ujar Bari.
Kisah Pilu Istri Anggota ISIS, Jadi Korban Kebohongan Suami, Kini Ia Malah Dihukum Mati
Ia bekerja sebagai penerjemah bagi Angkatan Bersenjata Inggris sejak 2008 hingga 2010 paska invasi AS ke Afghanistan 2001 silam.
"Mereka (pemerintah Inggris) mengirim saya ke Afghanistan untuk dibunuh," ucapnya getir.
Kala itu saat masih berada di Kundus, Afghanistan Utara, Abdul Bari menerima ancaman pembunuhan dari Taliban.
Pria berumur 27 tahun itu lantas melarikan diri ke Inggris dan memohon suaka pada tahun 2015.
Namun hari ini, kebijakan termutakhir Inggris bak petir di siang bolong bagi Bari dan ratusan pencari suaka lainnya.
Jarang Diketahui, Ini Sosok Sherlock Holmes Sesungguhnya di Kehidupan Nyata
Lebih 150 penerjemah menulis surat pada Menteri Dalam Negeri Inggris, Sajid Javid.
Mereka mengaku dimintai bayaran sebesar ribuan pound saat melakukan permohonan visa.
Bari, betapapun ia mempertaruhkan nyawanya untuk Angkatan Darat Inggris, klaim suakanya kini ditolak oleh otoritas Inggris.
Bari mengatakan meski ia menyodorkan bukti adanya ancaman terhadap dirinya dari pemerintah Taliban, otoritas Inggris tidak mempercayainya.
Ia mendapat penghapusan suaka dan menentang keputusan pengadilan.
Patahkan Segala Teori Konspirasi, Sebuah Penelitian Ungkap Fakta Kematian Adolf Hitler Sesungguhnya
Ketika ia tengah menunggu keputusan akhir bahwa dirinya akan didepak dari Inggris, Bari kini menghabiskan waktunya di tempat penampungan pengungsi, di mana ia hanya memperoleh 35 pounds seminggu untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
"Saya harus belajar dan bekerja. Saya tidak ingin berakhir seperti ini terus," ujar Bari.
"Saya sanggup bekerja secara profesional namun disini saya bahkan tidak punya hak untuk bekerja. Saya sangat tertekan," tandasnya pilu.
Membantu tentara Inggris
10 tahun lalu begitu berbeda bagi Bari, ketika ia masih mendaftar sebagai penerjemah Angkatan Bersenjata Inggris di Kabul.
"Saya sangat bersemangat membantu sebab militer Inggris (menjanjikan) ingin membawa perdamaian dan kemanan ke negara saya," kenang Bari.
Tugas Bari saat itu juga meliputi membantu meredakan ketegangan antara pasukan Inggris dan penduduk setempat di sekitar ibukota Afghanistan.
Identitas pekejaannya bocor, para simpatisan lokal memberitahu pada Taliban bahwa Bari bekerja untuk Inggris.
Rekaman CCTV Ungkap Kasus Penculikan Wanita di Bandara
Sejak saat itu Bari dan keluarganya menerima anacaman dan dicap 'kafir' oleh Taliban.
Dan hari ini bahkan pemerintah Inggris pun yang dahulu menggunakan jasanya, tak lagi mempercayai Bari.
Pihak Inggris mengklaim Afghanistan hari ini jauh lebih aman ketimbang dahulu, meski kenyataannya situasi kemanan disana kian memburuk.
Hari Senin (21/5/2018) puluhan orang tewas dalam serangan bunuh diri di Kabul. ISIS mengklaim sebagai dalang di balik serangan itu.
Para pegiat dari Amnesty International yang berfokus pada hak-hak pengungsi dan migran menyebut keputusan otoritas Inggris mengirimkan kembali para pencari suaka ke negara mereka di Afghanistan merupakan sebuah pelanggaran kewajiban.
Inggris memiliki kewajiban untuk melindungi para pencari suaka dari berbagai negara yang jasanya digunakan pemerintah Inggris.
Otoritas Inggris telah menandatangani Konvensi Pengungsi tahun 1951 dan 1966 tentang Hak Sipil dan Politik, yang memberikan perlindungan bagi para pengungsi dan mencegah para pengungsi kembali ke kampung mereka jika beresiko membahayakan keselamatan.
Anna Shea, perwakilan Amnesty International mengatakan, "Inggris benar-benar mengubah hukum internasional yang telah mereka sepakati, mereka melanggar komitmen mereka."
Sementara itu Bari seperti halnya para pengungsi lainnya bersikeras tidak ada jalan lain untuk kembali ke Afghanistan.
"Sangat beresiko jika aku harus kembali. Saya butuh bantuan dan tak satupun membantu saya," tandasnya. (*)
Source | : | CNN.com |
Penulis | : | Aditya Prasanda |
Editor | : | Aditya Prasanda |