Grid.ID - Seorang remaja anak baru gede (ABG) berusia 16 tahun berinisial EPA alumnus SMPN Kota 1 Blitar meregang nyawa karena aksi nekatnya.
Selasa, (31/5) EPA ditemukan tewas dalam posisi menggantung di kamar kosnya, Jl A Yani, Kelurahan/Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar.
EPA yang tinggal di kos bersama pembantunya juga dikenal siswa pandai dan pendiam.
Sebelum gantung diri EPA sempat menuliskan surat wasiat sebagai pesan untuk keluarganya.
1. Minta Maaf
Ada empat surat ditulis tangan yang ditinggalkan EPA di kamar kos sebelum mengakhiri hidup dengan gantung diri.
Satu surat berisikan tentang biodata EPA.
Dalam surat itu EPA juga meminta maaf ke keluarga.
EPA juga mengucapkan terima kasih kepada ibunya yang telah kerja siang malam untuk dirinya.
Dia juga mengucapkan terima kasih kepada kakak-kakaknya yang telah mendukungnya selama ini.
2. Minta Dikremasi
Dalam surat yang ditujukan kepada ibunya, EPA meminta keluarga agar mengkremasi jenazahnya.
EPA juga meminta keluarga agar tidak memasang bendera putih sebagai tanda duka di rumah.
3. Minta Ibunya Tidak Buka Praktek
EPA juga meminta ibunya tidak buka praktek sampai Lebaran.
Belum diketahui profesi sang ibu hingga EPA melarangnya membuka praktek.
4. Tidak Mau Orang Tahu Dia Menyerah
Dia juga meminta maaf ke keluarga pemilik tempat kos karena sudah melakukan bunuh diri di lokasi.
"Jangan tunjukkan ke orang banyak bahwa aku telah menyerah," tulis EPA seperti dikutip dari Surya.co.id.
5. Beri Nomor Telpon Rumah Sakit
Surat berikutnya ditujukan ke pengasuhnya, Mariani.
Dalam surat itu, EPA memanggil Mariani dengan sebutan Maklek.
Dia mengucapkan terima kasih ke Maklek yang sudah merawatnya sejak kecil.
Dia juga meminta maaf ke pengasuhnya itu.
Surat terakhir, juga ditujukan ke pengasuhnya.
Dia meminta pengasuhnya agar tidak teriak memanggil orang di sekitar lokasi.
Dia meminta Maklek untuk menghubungi nomor telepon RSUD Mardi Waluyo.
EPA juga sudah menyiapkan kartu BPJS di dalam amplop.
Kasat Reskrim Polres Blitar Kota, AKP Heri Sugiono memastikan surat tersebut ditulis tangan sendiri EPA.
"Kami sudah tanyakan ke keluarga itu memang tulisan tangan korban. Surat wasiatnya sudah kami amankan," kata AKP Heri Sugiono, Rabu (30/5).
Diduga korban bunuh diri karena ada masalah keluarga.
"Keterangan kakaknya, korban sedang ada masalah keluarga. Sekarang belum waktunya pendaftaran SMA," kata Heri.
Ada kemungkinan alasan EPA gantung diri karena khawatir dirinya tiak bisa masuk salah satu SMA favorit di Kota Blitar.
Sebab, sistem penerimaan siswa baru SMA di Kota Blitar menggunakan sistem zonasi.
Sistem zonasi ini memang memprioritaskan anak yang berdomisili di Kota Blitar.
Sedangkan domisili EPA masih ikut orang tuanya di Kelurahan/Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar.
Namun kemungkinan itu sangat kecil lantaran surat wasiat yang ditulis EPA tidak ada kata-kata akan hal tersebut.
Sehingga polisi yakin EPA bunuh diri karena masalah keluarga.
"Di surat wasiat yang ditulis korban sebelum bunuh diri juga tidak ada yang menyebutkan soal korban kecewa karena khawatir tidak bisa masuk di salah satu SMA favorit di Kota Blitar. Isi surat suara itu hanya permintaan maaf korban ke keluarga dan pengasuhnya," kata AKP Heri Sugiono.(*)
Source | : | surya.co.id,tribun |
Penulis | : | Seto Ajinugroho |
Editor | : | Seto Ajinugroho |