Grid.ID - Umumnya tentara atau seseorang yang hendak maju perang akan selalu melengkapi dirinya dengan berbagai macam perlindungan dan persenjataan.
Tujuannya tentu untuk membela serta mengamankan diri sendiri agar tak mudah dilukai maupun dibunuh oleh musuh.
Namun hal diatas tidak berlaku bagi seorang jenderal perang bernama Joshua Milton Blahyi.
Blahyi lahir tanggal 30 September 1971 di Liberia, Afrika.
BACA : Dari Mantan, Calon Menantu sampai Pelakor, Tulisan Nyeleneh nan Galau Pemudik Ini Bikin Ngakak
Sialnya ia tumbuh dewasa disana dalam keadaan negara sedang rusuh karena perang saudara.
Blahyi awalnya hanya seorang masyarakat biasa yang kemudian menjadi seorang pemimpin suku di klannya.
Gara-gara perang saudara yang berlangsung beberapa dekade di Liberia, ia kemudian ikut dalam kancah peperangan.
Blahyi kemudian bergabung dengan pasukan militan pemberontak pimpinan Roosevelt Johnson untuk memerangi tentara pemerintah Liberia.
Karena kecakapannya dalam berperang, kemudian Blahyi diangkat menjadi jenderal pasukan pimpinan Roosevelt Johnson.
Sejak itulah kegilaannya dimulai.
Pada edisi perang saudara pertama Liberia tahun 1990-an, Blahyi terkenal karena tindakan kejamnya.
Bukan hanya pasukan pemerintah saja yang ia bunuh namun masyarakat sipil juga jadi korban Blahyi.
Blahyi juga memiliki kepercayaan dan paham klenik ketika menjadi jenderal pasukan Roosevelt Johnson.
Ia sering mengorbankan manusia dalam ritual kleniknya supaya Blahyi memiliki ilmu kebal.
Korban ritualnya itu biasanya adalah para tahanan perang.
Bukan hanya itu, Blahyi juga seorang kanibal kelas berat.
Ia selalu dan selalu menyantap daging manusia, entah itu dengan direbus atau dipanggang secara hidup-hidup sebelum dimakan oleh Blahyi.
Ritual gilanya ini ia lakukan rutin dan entah berapa banyak orang yang menjadi korban kegilaan Blahyi dan ia berasumsi pengorbanan itu dipersembahkan kepada dewa yang ia sembah, Nyanbe-a-weh.
Salah satu kebiasaannya yang paling 'nyeleneh' adalah ketika maju berperang Blahyi tidak mengenakan pakaian alias telanjang.
Ia hanya memakai sepatu boot dan senjata api ditangannya.
"Jadi, sebelum memimpin pasukanku ke medan perang, kita akan mabuk, mengorbankan seorang remaja setempat, meminum darahnya, lalu menanggalkan pakaian kita dan pergi berperang."
"Kami membantai siapa pun yang kami lihat, memotong kepala mereka dan menggunakannya sebagai bola sepak. Kami telanjang, tidak takut."
"Kami membunuh ratusan orang begitu banyak sampai saya tidak bisa menghitungnya lagi. " ujar Blahyi kepada seorang reporter South African Star.
Gara-gara kekejaman dan keanehannya itu Blahyi disemati julukkan 'General Butt Naked.'
Entah bagaimana Blahyi tidak dihukum akibat kebiadabannya itu dan malah pada tahun 2006 lalu ia menerbitkan buku otobiografinya yang bercerita saat dirinya terlibat dalam perang saudara Liberia.(Seto Aji/Grid)
Source | : | south african star,Seattle Post-Intelligencer |
Penulis | : | Seto Ajinugroho |
Editor | : | Seto Ajinugroho |