Dalam kalut mereka dipisahkan dari keluarga, apa yang dipikirkan anak-anak para imigran saat malam tiba?
Grid.ID - Tak hanya seluruh dunia, warga AS pun turut mengecam kebijakan pemisahan keluarga rezim Donald Trump.
Reaksi tajam dari segala penjuru itu pun memaksa Trump menandatangani perintah pembatalan kebijakan pemisahan keluarga, Rabu (20/06/2018).
Namun demikian, Trump bersikeras AS akan tetap mempertahankan kebijakan 'nol toleransi' di perbatasan betapapun para keluarga imigran dapat tinggal bersama.
Bea Cukai dan Badan Perlindungan Perbatasan AS menyebut akan segera mengambil langkah cepat untuk menerapkan kebijakan presiden yang baru.
Tidak jelas seberapa jauh kebijakan 'mengizinkan keluarga imigran gelap dan anak mereka tinggal satu atap' akan diterapkan, sementara tidak sedikit yang menyangsikan kebijakan tersebut hanyalah rekayasa pemerintah AS belaka.
Bagi 2.300 keluarga yang telah dipisahkan dari anak mereka, kebijakan terbaru Trump tampaknya tak akan mengubah apapun dengan segera.
"Saat ini tidak ada sistem yang jelas untuk dapat menyatukan anak-anak dan orang tua mereka dalam tahanan," ujar Bob Carey, mantan pemimpin Kantor Pengungsian Imigran selama pemerintahan Obama, agensi khusus yang merawat anak-anak secara terpisah.
"Ini merupakan pelecehan anak yang dilakukan pemerintah," tegas Carey.
Mengunjungi Hutan Bambu Sagano di Jepang, Menyimak Kedamaian yang Hakiki
Di tahanan, anak-anak para imigran gelap datang dengan beragam penyakit menular seperti cacar dan kutu.
Pemerintah AS akan mengidentifikasi nama, usia, jenis kelamin, dan latar belakang mereka terlebih dahulu.
Proses pemeriksaan kesehatan dan mental bahkan dapat berlangsung selama dua bulan.
Kebijakan kejam rezim Trump
Kebijakan pemerintah Trump dinilai tidak manusiawi dalam menyikapi para imigran gelap di perbatasan.
Trump memisahkan anak-anak para imigran gelap yang tertangkap di perbatasan dengan keluarga mereka, dengan harapan memberi efek jera bagi para imigran gelap.
Para orang dewasa yang berpergian dengan anak-anak dipenjara, sementara anak-anak mereka dipisahkan sebab tidak dapat ditahan di penjara usia dewasa.
Alhasil, total lebih dari 638 orang dewasa tengah menjalani tuntutan persidangan dan terpisah dari 658 anak-anak terhitung dari tanggal 6 Mei hingga 19 Mei.
Tindakan tidak manusiawi ini sontak mendapat reaksi keras dari banyak pihak, salah satunya dari organisasi yang berfokus pada kesejahteraan penduduk sipil, American Civil Liberties Union (Persatuan Kebebasan Sipil Amerika).
"Ini merupakan praktik hukum paling mengerikan yang pernah saya lihat dalam 25 tahun terakhir," tandas Lee Gelernt, pengacara American Civil Liberties Union.
Lee menambahkan, "Pemisahan semacam ini dapat menimbulkan trauma seumur hidup pada anak, terlebih ketika anak-anak merasa orangtua tidak dapat melindungi mereka."
Hal ini kian miris dengan adanya laporan Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS yang mengungkapkan tidak adanya sponsor (orangtua asuh) yang berminat membantu anak-anak para imigran gelap tersebut.
Desakan dari segala penjuru membuat Trump mencabut perintah pemisahan keluarga tersebut, Rabu (20/6/2018).
Dalam surat perintah yang ia tandatangani disebutkan keluarga imigran harus ditahan bersama ketika mereka ditangkap karena masuk AS secara ilegal.
Betapapun kebijakan pemisahan keluarga secara tertulis telah dihentikan, hal ini tak lantas membuat dunia tak henti menyoroti langkah pemerintahan Trump terkait para imigran, sebab banyak aturan di dalamnya yang dirasa masih pincang dan tak manusiawi. (*)
Source | : | The Guardian,CBS News,nbc news |
Penulis | : | Aditya Prasanda |
Editor | : | Aditya Prasanda |