Grid.ID - Siapa yang tak kenal dengan hantu Kuntilanak?
Ia bersama gengnya macam pocong, tuyul, sundel bolong, genderuwo, wewe gombel dan lainnya menasbihkan diri sebagai hantu paling menyeramkan dari Indonesia.
Menurut mitos, Kuntilanak adalah hantu yang dipercaya berasal dari perempuan hamil yang telah meninggal sebelum atau sesudah melahirkan.
Umumnya kuntilanak digambarkan sebagai wanita cantik berambut panjang dan berbaju (daster) panjang berwarna putih.
Namun jika merunut cerita rakyat Malaysia, kuntilanak punggungya berlubang layaknya sundel bolong di Indonesia.
BACA : Indonesia Punya Utang Luar Negeri Sebesar Rp 4.996 Triliun, Banyak? Ini Kata Gubernur BI
Kuntilanak juga digambarkan senang meneror warga kampung untuk menuntut balas.
Kuntilanak sering bersemayam di pohon besar, rumah kosong serta kehadirannya selalu diawali harum bunga kemboja.
Tapi apakah kalian tahu bahwasanya Kuntilanak telah 'berjasa' dalam pemberian nama salah satu kota di Indonesia?
Dalam bahasa Melayu, kuntilanak sering disebut dengan Puntianak (perempuan mati beranak) atau Pontianak.
Nama Kota Pontianak memang diambil dari nama Melayu kuntilanak.
BACA : 5 Wanita Ini Dulunya Finalis Ratu Kecantikan, Sekarang Mereka Berprofesi Sebagai Gembong Prostitusi
Ceritanya begini, seorang putra raja Kerajaan Mempawah bernama Syarif Abdurrahman mencari tempat kediaman baru setelah sang raja mangkat pada tahun 1184 H.
Tiga bulan setelah ayahnya mangkat, Syarif bersama dengan saudara-saudaranya menaiki 14 perahu menyusuri sungai Peniti.
Dzuhur mereka sampai di sebuah tanjung, Syarif dan pengikutnya kemudian menetap disana.
Tempat itu sekarang dikenal dengan nama Kelapa Tinggi Segedong.
Akan tetapi Syarif mendapat firasat buruk mengenai tempat itu tidak baik untuk ditinggali.
Ia kemudian memutuskan untuk melanjutkan perjalanan lagi mencari tempat kediaman baru naik perahu sampai ke hulu sungai.
BACA : New World Order : Target dan Tujuan Utama Illuminati Menguasai Dunia
Sampai di hulu sungai Syarif beserta rombongan salat Dzuhur disana dan tempat itu sekarang dikenal sebagai Tanjung Dhohor.
Perjalanan dilanjutkan dan ketika menyusuri sungai Kapuas rombongan menemukan sebuah pulau yang sekarang dikenal sebagai pulau Batu Layang.
Ketika menginjakkan kaki di pulau tersebut Syarif dan pengikutnya mulai diganggu makhluk astral Kuntilanak atau Pontianak tadi.
Syarif Abdurrahman lalu memerintahkan kepada seluruh pengikutnya agar memerangi hantu-hantu itu. Setelah itu, rombongan kembali melanjutkan perjalanan menyusuri Sungai Kapuas.
Menjelang 14 Rajab 1184 Hijriah atau 23 Oktober 1771 rombongan sampai di persimpangan sungai Kapuas dan sungai Landak.
Syarif dan pengikutnya kemudian menebas pohon di daratan persimpangan sungai selama delapan hari.
Disana Syarif mendirikan sebuah Balai dan rumah dan lantas tempat tersebut dinamai kerajaan Pontianak yang sekarang bernama Kota Pontianak gegara ketemu dengan si 'rambut panjang' tadi pulau Batu Layang.
Maka pada tanggal 8 Sya'ban 1192 Hijriah dengan dihadiri Raja Muda Riau, Raja Mempawah, Landa, Kubu dan Matan, Syarif Abdurrahman dinobatkan sebagai Sultan Pontianak dengan gelar Syarif Abdurrahman Ibnu Al Habib Alkadrie.
Dibawah kepemimpinannya Pontianak berkembang menjadi kota pelabuhan serta perdagangan penting.
Sedangkan Syarif Abdurrahman Alkadrie mangkat tahun 1707 dan ia dikuburkan di pulau Batu Layang tempatnya bertemu dengan kuntilanak.(Seto Aji/Grid.ID)
Nyesek, Abidzar Ternyata Sempat Jedotin Kepalanya ke Tembok Usai Tahu Uje Meninggal, Umi Pipik: Dia Nyalahin Dirinya
Source | : | The Expedition to Borneo of H.M.S Dido |
Penulis | : | Seto Ajinugroho |
Editor | : | Seto Ajinugroho |