Sempat tak langsung menjawab, akhirnya menerima pinangan Soekarno setelah dua tahun sejak pertemuan mereka.
Akhirnya merekapun menikah pada 7 Juli 1953 di Istana Cipanas.
BACA JUGA Sebelum Sidang Perceraian Diundur, Opick Minta Izin Pada Dian Gunakan Kamar Utama untuk Istri Baru
Dua tahun setelah menikah, Hartini diboyong ke Bogor.
Namun, Hartini tidak tinggal di Istana, melainkan tinggal di salah satu paviliun di Istana Bogor.
Meski tak tinggal di Istana, Hartini tetap mendamping Soekarno saat menghadiri beberapa acara kenegaraan.
Seperti menemui Ho Chi Minh, Norodom Sihanouk, Akihito dan Michiko.
BACA JUGA Tak Terima , Orang Tua Calon Murid Segel Sekolah dan Sandera Kadisdik
Meski hidup sebagai 'istri kedua', namun ada satu keistimewaan yang didapat Hartini dari Presiden Soekarno.
Dan mungkin, keistimewaan itu tidak dimiliki oleh istri Soekarno yang lain.
Ya, di tahun 1950-an, saat nasionalisme dan revolusi sangat kuat mewarnai citra diri Soekarno, peran Hartini di Istana Bogor sangat besar.
Hal ini kemudian menjadikan Hartini sebagai satu-satunya istri Soekarno yang paling lama bertemu dengan Soekarno.
BACA JUGA 14 Tahun Nge-band Bareng ‘Kotak’, Tantri Kasih Tips Bikin Band Awet
Dan sejarah mencatat, jika Hartini adalah sosok wanita yang mengisi separuh kehidupan Soekarno.
Hartini digambarkan sebagai lambang perempuan Jawa yang setia, nrimo, dan penuh bekti terhadap guru laki.
Yang lebih mengesankan, ternyata Hartini adalah sosok wanita yang hadir saat Bung Karno menghembuskan napas terakhirnya.
Di pangkuan Hartinilah Bung Karno menghembuskan napas terakhirnya di RS Gatot Subroto pada 21 Juni 1970. (*)
Source | : | wikipedia,historia.id,bangka pos |
Penulis | : | Septiyanti Dwi Cahyani |
Editor | : | Septiyanti Dwi Cahyani |