Laporan Wartawan Grid.ID, Esti Ayu Hutami
Grid.ID - Terlahir ke dunia pastinya setiap anak membuatuhkan belai kaih sayang kedua orang tuanya.
Tapi hal ini rupanya nggak terjadi pada balita berusia 3 tahun bernama Marcel dari Tangerang, rupanya Marcel nggak sendiri, dirinya mempunyai seorang kakak laki-laki bernama Soni (16).
Dua kakak beradik ini sehari-hari ditemani oleh sang bibi yang bernama Desi.
Saat ditanya seputar aktivitas, jawaban Desi terlihat normal.
Namun di tengah pebincangan, Desi berbicara melantur, tatapan matanya kosong dan terlihat berbicara sendiri dengan kalimat yang nggak jelas.
Menurut dr Selvi seorang tenaga kesehatan Puskesmas Bugel, Desi mengidap skizofrenia yaitu gangguan mental kronis yang menyebabkan penderitanya mengalami delusi, halusinasi, pikiran kacau, dan perubahan perilaku.
Diagnosis ini berdasar pemeriksaan menyeluruh yang dilakukan pada Desi.
"Dia (Desi) juga punya waham, menaganggap bisa mengerjakan semua," kata Selvi, dilansir dari Kompas.com.
Yap, karena kondisinya yang mengidap gangguan mental ini, membuat Desi nggak bisa diandalkan untuk merawat kedua keponakannya.
(BACA JUGA: 6 Potret Menggemaskan Para Anggota Kerajaan Inggris Saat Berusia 5 Tahun, Pangeran Harry Lucu dengan Pipi Tomatnya!)
Desi langsung dibawa Dinas Sosial Kota Tangerang ke Rumah Sakit Jiwa Grogol untuk mendapatkan pengobatan.
Sementara Marcel dan Soni dibawa ke Yayasan Media Kasih untuk mendapatkan perawatan.
Lalu bagaimana ya kita menghadapi seseorang yang mengidap skizofrenia, baik itu dari orang lain atau pun anggota keluarga kita sendiri.
Melansir dari Nakita, Grid.ID akan bagikan infonya untukmu.
(BACA JUGA: Seorang Polwan Ditemukan Menggantung di Rumahnya, yuk Ketahui Kecenderungan Orang yang Akan Bunuh Diri!)
1. jaga jarak
Anggota keluarga harus pandai menjaga jarak dengan penderita gangguan jiwa, agar mereka nggak merasa terancam.
2. Hindari hal-hal yang membuat cemas
Orang yang mengidap paranoid biasanya takut dilukai orang lain, oleh karena itu anggota keluarga harus menghindarkan stimulasi yang membuatnya paranoid (misalnya suara televisi dan lain sebagainya).
3. cari bantuan medis
Lapor ke petugas kesehatan terdekat, misal puskesmas agar bisa memberikan obat dasar untuk gangguan jiwa.
Penderita gangguan jiwa harus punya BPJS agar bisa di rujuk ke RSUD terdekat.
4. Jauhkan dari jangkauan benda tajam dan berbahaya
Jauhkan penderita gangguan jiwa dari benda tajam, bahan kimia berbahaya lainnya, untuk mengurangi risiko cedera pada penderita dan orang sekitarnya. (*)
Source | : | nakita,kompas |
Penulis | : | Esti Ayu Hutami |
Editor | : | Fahrisa Surya |