Grid.ID - Chengdu J-20, yang resminya bernama Weilong atau “naga yang kuat”, adalah salah satu jet tempur paling canggih di dunia.
Lebih dari itu, pesawat ini adalah jawaban Negeri Tirai Bambu atas keberadaan F-22 Raptor milik Amerika yang juga tak kalah canggihnya.
Pada pertengahan Juli lalu, Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat (PLA Airforce) China merilis video latihan malam yang melibatkan pesawat-pesawat canggih itu dalam sebuah demonstrasi.
Pesawat yang bisa mengelabuhi radar musuh ini dikembangkan oleh perusahaan Aerospace Chengdu, yang mulai mengujinya sejak 2011 lalu.
Sejauh ini, meski sudah ada beberapa lusin J-20 yang telah diproduksi untuk PLA, pabrikan terus membangun lebih banyak lagi.
(Baca Juga: Di Surabaya Bikin SIM Baru Pas Tanggal 17 Agustus Gratis, Loh!)
Sementara itu, F-22 Raptor dikembangkan oleh Lockhead Martin eksklusif untuk Angkatan Darat AS.
Sekutu terdekat AS bahkan tidak diperbolehkan mengekspornya demi melindungi kerahasiaan teknologinya yang canggih.
F-22 melalukan penerbangan perdananya pada September 1997 dan mulai beroperasi pada Desember 2005.
Pada 2011, produksi F-22 dihentikan karena tingginya ongkos.
Meski begitu, di masa depan, AS berencana memperbarui pesawat tempurnya ini untuk tetap bisa bersaing dengan Weilong, salah satu pesawat generasi kelima paling canggih di dunia saat ini.
Kedua pesawat ini sama-sama punya kemampuan stealth, yang artinya dirancang untuk menghindari deteksi radar musuh.
Lalu, bagaimana perbandingan dua pesawat canggih ini?
Karakteristik desain
J-20 dan F-22 punya ukuran yang hampir sama. J-20 punya panjang 20,3 meter dan lebar sayap 12,9 meter.
Sementara F-22, panjangnya 19 meter dan lebar sayap 13,6 meter.
Terbuat dari bahan-bahan pilihan, kedua pesawat ini juga punya berat kosong yang hampir sama, sekitar 19 ribu kg.
Meski begitu, berat beban J-20 sedikit lebih berat, sekitar 32 ribu kg sementara F-22 29 ribu kg.
Namun, F-22 bisa lepas landas dengan berat maksimum 38 ribu kg, 2.000 kg lebih berat dari J-20.
(Baca Juga: Rumah Tua Ini Tampak Seram dan Terbengkalai tapi di Dalamnya Mengejutkan)
Performa
Kedua pesawat bisa terbang hingga ketinggian 20 km dengan kecepatan maksimum lebih dari Mach 2 (2.470 km/jam)—lebih cepat dari kecepatan suara.
F-22 punya jangkauan yang relatif lebih pendek—dengan radius tempur 800 km, sedangkan J-20, dengan tangki bahan bakar internal lebih besar , bisa mempertahankan radius tempur lebih dari 1.100 km.
Mesin
F-22 didukung oleh mesin turbofan F119-PW-100 afterburning, yang memungkinkannya meluncur pada kecepatan Mach 1,82.
Mesin ini juga memungkinkannya melakukan manuver gesit pada kecepatan supersonik.
Sementara bagi J-20, mesin masih menjadi titik terlemahnya—rencana pengembangan untuk mesin turbofan yang canggih masih molor.
Itu artinya, pabrikan harus masih bergantung pada mesin yang lebih rendah—baik WS-10B buatan China atau AL-31FM2/3 buatan Rusia—yang sangat mempengaruhi kemampuan manuver dan daya siluman pada kecepatan supersonik.
Meski begitu, mesin WS-15 baru, yang diharapkan sudah tersedia tahun depan, akan sangat membantu persoalan ini.
Daya siluman
Kapasitas frontal dan daya siluman J-20 diyakini sangat baik.
Tapi itu dianggap lebih rentan tertangkap radar dari belakang dibandingkan F-22.
Kelengkapan perang
Untuk mendukung daya siluman, kedua pesawat melengkapi dengan senjata-senjata yang tak kalah canggih.
J-20 dapat membawa hingga enam rudal air-to-air, lebih sedikit dibanding F-22.
Namun, berkat ruang lebih besar di perutnya, J-20 dapat mengangkut rudal jarak jauh yang lebih panjang dan bom kendali yang sangat presisi.
(Baca Juga: Ikuti Perkembangan Zaman, Noah Bertahan dengan Aransemen Baru!)
Avionik
Kedua pesawat ini memiliki peralatan avionik dan sensor yang sangat terintegrasi, yang menampilkan suatu kesatuan tempur yang dapat diamati secara elektronik dan aktif (AESA), dan bisa melacak beragam target dalam beragam cuaca.
TV Shenzen melaporkan, sistem radar Tipe AESA J-20 “benar-benar sama” dengan milik F-22, AN/APG-77.
Ongkos
Produksi F-22 dipangkas karena terlalu tinggi—62 miliar dolar AS (lebih dari Rp897 triliun) untuk keseluruhan proyek, yang setara dengan 339 juta dolar AS (sekitar Rp4,9 triliun).
Sementara itu, biaya penelitian dan pengembangan J-20 diperkirakan lebih dari 30 miliar yuan (sekitar Rp63,7 triliun) dengan biaya per pesawat Rp1,4 – Rp1,5 triliun.
(*)
Penulis | : | None |
Editor | : | Nailul Iffah |