Laporan Wartawan Grid.ID, Esti Ayu Hutami
Grid.ID - Siapa yang nggak bangga memiliki buah hati yang tumbuh besar menggemaskan juga berprestasi?
Hal ini pun akan membahagiakan buat kita.
Nggak jarang kita melontarkan pujian secara berlebihan, ingat ya secara berlebihan yang tanpa sadar membuat anak menjadi nggak baik.
Pujian memang penting banget untuk tumbuh kembang juga stimulasi rasa percaya diri si buah hati.
Tapi jika dilakukan dengan berlebihan, justru malah menimbulkan bahaya nih untuk si buah hati.
( BACA JUGA :Dinikahi Keturunan Raja Bali, Intip Sajian Nikmat di Acara Baby Shower Happy Salma)
Dilansir dari Reader’s Digest, menurut studi tahun 2017, terkadang anak-anak yang merasa dirinya sudah cerdas kurang memerhatikan kesalahan mereka sendiri.
Hal ini coba dibandingkan dengan anak-anak yang menyadari bahwa kecerdasan dapat tumbuh dan berkembang.
Sering menyebut si buah hati pintar, akan memberi persepsi pada buah hati bahwa kecerdasan adalah bakat genetik dari pada sebuah usaha yang harus diasah.
Akibatnya banyak anak-anak yang jadi besar kepala dan jadi enggan berusaha karena sudah merasa dirinya pandai.
( BACA JUGA :5 Hal Yang Akan Terjadi Saat Suatu Hubungan Pernah Diwarnai Perselingkuhan)
Dalam studi yang dipublikasikan oleh Jurnal Developmental Cognitif Neuroscience, peneliti di Michigan State University melihat 123 anak-anak yang berumur 7 tahun.
Tim menilai anak-anak itu dan memutuskan apakah mereka memiliki growing mindset (percaya bahwa kita dapat berusaha keras untuk menjadi lebih pintar).
Hasilnya, anak-anak yang memiliki growing mindset lebih memiliki respon yang bagus ketika melakukan kesalahan.
Kemudian, mereka lebih bisa meningkatkan kemampuan mereka saat diberi tugas yang menuntut keakuratan.
( BACA JUGA :5 Cara Memahami ‘Belahan Jiwa’ dalam Kehidupan Nyata, Beneran Ada Nggak sih?)
Karena hasil penelitian di atas, sebaiknya orangtua mengajarkan bahwa kecerdasan bisa didapat jika kita belajar.
Selain itu, bila anak melakukan kesalahan, guru dan orangtua perlu memberi tahu kesalahannya.
Penting pula untuk menyadarkan mereka bahwa setiap orang pasti melakukan kesalahan.
Jadi, pola pikir anak akan lebih santai dan terbentuk bahwa setiap orang nggak harus selalu sempurna.
Dengan begitu, si buah hati akan tumbuh dengan rasa empati dan simpati yang tinggi dan nggak akan menjadi orang yang serba perfeksionis secara keterlaluan. (*)
Kronologi Kim Sae Ron Meninggal Dunia, Ini Sosok yang Pertama Kali Temukan Jasadnya di Rumah
Penulis | : | Esti Ayu Hutami |
Editor | : | Irma Joanita |