Grid.ID - Beberapa warga Korea Selatan yang sudah lanjut usia berada di Korea Utara untuk bertemu keluarga yang terpisah dari mereka sejak Perang Korea 1950-1953.
Perang membuat semenanjung Korea terbagi dan orang-orang yang tinggal di sisi utara tak bisa pergi.
Kedua Korea -yang secara teknis masih berperang- telah menyelenggarakan acara reuni untuk keluarga yang terpisah akibat perang puluhan tahun lalu.
BACA: Permohonan Maaf Mariska Halinda Atlet Taekwondo yang Gagal Lanjut ke Semifinal
Orang Korea Selatan yang akan mengikuti 'reuni' itu dipilih dengan sistem lotre.
Orang tertua yang terpilih berusia 101.
Konon, pertemuan singkat itu kemungkinan merupakan yang terakhir dan hanya beberapa kali saling bertemu.
BACA: Sempat Berhenti Manjat Tiang Bendera, Begini Curhatan Joni kepada Presiden Jokowi di Istana Negara
Dikutip dari BBC pada 20 Agustus 2018, ada 83 warga Korea Utara dan 89 dari Selatan yang ikut dalam pertemuan itu.
Awalnya ada sekitar seratus orang yang dipilih oleh masing-masing pihak.
Namun, beberapa orang keluar setelah menyadari kerabat yang ingin mereka temui sudah tak hidup di dunia lagi.
Seorang wanita (92) mengatakan, dia akan menemui putranya untuk pertama kali sejak akhir perang.
Lee Keum-seom kehilangan jejak putranya (4) dan suaminya di tengah kepanikan untuk melarikan diri.
"Saya tak pernah membayangkan hari ini akan datang. Bahkan saya tak tahu apakah dia masih hidup atau tidak," kata Lee Keum-seom.
BACA: Cerita 3 Ibu Millennial Cantik Saat Mengedukasi Balita Menggunakan Baby Car Seat
Selama bertahun-tahun, saat relatif tenang, kedua Korea telah mengatur kelompok-kelompok terpilih untuk saling mengunjungi.
Kira-kira, ada 20 pertemuan seperti itu dalam 18 tahun terakhir.
Tetapi karena mereka yang terpisah telah menjadi tua, mereka hampir tak punya waktu.
BACA: Daftar Lagu dalam Album Love Yourself: Answer BTS Sudah Rilis, ARMY Berlomba Temukan Tittle Track!
Sebagian besar tak akan mengalami pertemuan kembali dengan kerabatnya dikarenakan salah satu dari mereka telah meninggal.
Pertemuan itu dimulai dengan warga Korea Selatan melakukan perjalanan dengan bus melewati perbatasan yang dijaga ketat ke resor wisata Gunung Kumgang.
Mereka akan menghabiskan tiga hari di Korea Utara, tetapi hanya bersama kerabat mereka selama beberapa jam sehari (total 11 jam).
Sebagian besar kunjungan mereka akan sangat diawasi.
Banyak yang membawa hadiah, seperti pakaian, obat-obatan, dan makanan untuk kerabat mereka di Utara yang jauh lebih miskin.
Bagaimana dengan mereka yang belum dapat kesempatan untuk bertemu kerabatnya?
BACA: Panjat Tiang Bendera Saat Upacara HUT RI Ke 73, Menpora Sebut Joni Sebagai 'Pahlawan Cilik'
Jutaan orang dipisahkan oleh perang.
Puluhan ribu orang di Selatan yang belum terpilih ikut reuni, ada cara lain untuk menghubungi keluarga mereka.
Mereka bisa berkirim surat, video call, atau reuni di negara ketiga jika seseorang akhirnya tinggal di luar Korea.
BACA: Qory Sandioriva Mengaku Lakukan Operasi Plastik Demi Kesehatannya
Dalam kasus-kasus itu, pemerintah Korea Selatan menanggung biaya perjalanan dan akomodasi.
Beberapa keluarga yang terpisah juga ada yang mengambil rute pribadi untuk menghubungi keluarga mereka di Utara melalui perantara Tiongkok.
Reuni 'tidak resmi' itu dapat menghabiskan biaya sekitar Rp 21 juta.
Namun, prosesnya bisa lebih cepat dan tidak bergantung pada iklim politik antara Korea Utara dan Selatan.
(*)
Source | : | BBC |
Penulis | : | Hastin Munawaroh |
Editor | : | Hastin Munawaroh |