Laporan Wartawan Grid.ID, Septiyanti Dwi Cahyani
Grid.ID - Beberapa waktu yang lalu masyarakat Indonesia digegerkan dengan kehadiran Eko yang tak punya jalan pulang.
Ternyata hal yang hampir serupa juga dialami oleh seorang warga di Jombang, Jawa Timur.
Dilansir dari laman Intisari Online (26/9/2018), ada sebuah rumah di Desa Sudimoro, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang, Jawa Timur yang juga terkurung tembok yang dibangun tetangganya sejak Februari 2018 lalu.
Baca Juga : Arjun Kapoor Ungkapkan Kedekatan dengan Kedua Saudari Tirinya, Janhvi dan Khushi Kapoor
Rumah yang terkurung tembok tersebut adalah tempat tinggal pasangan suami istri Abdul Karim (40) dan Siti Khotijah (35).
Sejak dibangun pada tahun 2006, tak pernah ada masalah yang berkaitan dengan rumah yang dibangun di atas tanah pemberian orangtuanya tersebut.
Masalah itu baru muncul sejak enam bulan yang lalu lantaran hal yang bisa dikatakan sepele.
Baca Juga : Cara Mendidik Anak ala Sophia Latjuba, Bisa Dicontoh!
Tepatnya ketika Siti mencuci kendaraan miliknya di depan rumah.
Air cucian kendaraannya itu kemudian meluber dan menggenangi lahan kosong yang berada tepat di depan rumahnya.
Tak disangka-sangka, genangan air cucian kendaraan pada lahan yang menjadi jalan pribadi itu menyulut emosi tetangganya yang bernama Seger.
Baca Juga : Ramaikan Pasar On-Off Sport, AHM Hadirkan Varian Baru New Honda CRF150L
Pertengkaran pun terjadi di antara mereka hingga klaim kepemilikan tanah muncul di dalam perdebatan.
Rupanya, pertengkaran itu berbuntut panjang.
Tak berselang lama, tetangganya membangun tembok setinggi satu meter dengan panjang sekitar enam meter di depan rumah pasangan Siti Khotijah dan Abdul Karim.
Baca Juga : Cerita Ashanty tentang Teror Kain Kafan yang Melanda Restorannya, Dikirim oleh Wanita Cantik!
Tembok yang terbuat dari bata merah, semen dan pasir itu berdiri tegak di depan pintu dan menutup jalan keluar dari rumah Siti.
Agar bisa keluar masuk rumah, Siti dan keluarganya terpaksa melintasi pinggir rumah kakaknya yang berbatasan dengan tembok yang dibangun tetangganya.
Gang tersebut sangat sempit.
Baca Juga : Pak Ngah Meninggal Dunia, 5 Artis ini Sampaikan Rasa Duka Cita Mereka
Jika tak ingin melewati gang sempit tersebut, penghuni rumah harus melompati tembok yang dibangun tetangganya itu.
Sempat melakukan mediasi
Siti dan keluarganya kemudian berupaya untuk mendapatkan akses jalan keluar.
Baca Juga : Biasanya Mulus, Wajah Nagita Slavina Kini Dipenuhi Bercak Merah dan Berminyak
Seperti yang dilansir dari laman Kompas.com, Chliq selaku Sekretaris Desa Sudimoro, Megaluh, Jombang mengatakan jika upaya mediasi antar dua belah pihak sebenarnya sudah dilakukan.
Namun sayangnya upaya ini berakhir buntu.
Menurut Choliq, penyebab konflik antar tetangga itu salah satunya terkait dengan klaim kepemilikan lahan.
Baca Juga : Ditaksir dengan Harga Ratusan Miliar Rupiah, Inilah Potret Tampilan Rumah SBY
Siti menyebut tanah di depan rumahnya adalah milik keluarganya.
Sementara Seger juga menyatakan bahwa tanah di depan rumah Siti adalah miliknya.
Konflik lahan tersebut saat ini sedang dalam proses sengketa pengadilan.
Baca Juga : Hati-hati! Ukuran Celana Dalam Diklaim Bisa Pengaruhi Kualitas Sperma
Mendapat pertolongan dari kakak
Pertolongan 'darurat' kepada Siti datang dari kakaknya, Sri Utami yang rumahnya bersebelahan dengan rumah Siti.
Rumah Siti tepat berada di belakang rumah Sri Utami dan menghadap ke arah barat.
Baca Juga : Sahabat Dekat Chicco Jerikho dan Putri Marino Ungkap Arti Nama Surinala Carolina Jarumilind
Di depan rumahnya terdapat lahan kosong yang kini berdiri tembok.
Karena tak ada titik temu dan tembok di depan rumah Siti tidak dibongkar, Eko yang merupakan suami Sri Utami terpaksa menjebol tembok di dapur rumahnya.
Hal ini dilakukan agar Siti dan keluarganya mendapatkan akses jalan keluar masuk rumahnya.
Baca Juga : Seorang Lady Biker Bergelar Profesor Punya Misi Lampaui 7 Benua dengan Mogenya
"Sekarang kalau keluar lewat jalan di dapur rumah kakak saya", ungkap Siti. (*)
Source | : | kompas.com,Intisari |
Penulis | : | Septiyanti Dwi Cahyani |
Editor | : | Septiyanti Dwi Cahyani |