Laporan wartawan Grid.ID, Tata Lugas Nastiti
Grid.ID - Hal yang spesial dari minuman anggur atau wine adalah semakin lama penyimpanan maka akan semakin baik kualitas yang dihasilkan.
Tenyata, tidak hanya waktu yang dapat mempengaruhi hasil kualitas wine, tapi juga kondisi tempat penyimpanan wine itu sendiri.
Wine biasanya disimpan dalam sebuah gudang khusus dengan kondisi yang telah disesuaikan.
Beratus-ratus drum kayu dan botol akan disusun berderet dengan rapi sesuai tanggal dan kondisi penyimpanan.
Namun apa jadinya jika wine disimpan tepat dibawah permukaan laut?
Baca Juga : Pendam Rasa Sakit Hati Selama 15 Tahun, Inul Daratista: Ngapain Aku Buka Boroknya
Penyimpanan dengan metode ini pertama kali dilakukan oleh duo peracik wine asal Kroasia, Ivo Segovig dan Edi Bajurin.
Eksperimen penyimpanan tersebut dimulai pada tahun 2009 murni atas rasa penasaran keduanya.
Kedua peracik wine tersebut sudah dikenal dengan racikan minuman anggurnya yang berkualitas.
Percobaan ini diawali dengan menaruh botol anggur merah pada kedalaman 20 meter dibawah permukaan laut di teluk Mali.
Dilansir Grid.ID dari Reuters, Ivo Segovig mengatakan kondisi lingkungan laut sangat sempurna untuk mematangkan minuman anggur sama baiknya dengan gudang anggur
"Pada kedalam tersebut kami mendapatkan temperatur yang stabil yakni 15 derajat celcius. Ini lingkungan yang ideal untuk menyimpan anggur merah" kata Ivo.
Baca Juga : Sarwendah Unggah Foto Thalia Pakai Hanbok, Netizen: Cantik dan Gemes Banget!
Namun, menyimpan wine di bawah permukaan laut tidaklah semudah menyimpan anggur di dalam gudang.
Berbagai macam masalah harus dihadapi kedua pasangan peracik anggur tersebut, salah satunya adalah peristiwa alam pasang surutnya air laut.
Surutnya air laut membuat botol-botol anggur terpapar sinar matahari.
Baca Juga : Ternyata Inilah 4 Sifat yang Tidak Disukai Virgo dalam Hubungannya
Perlu diketahui, paparan sinar matahari dapat mengganggu proses pematangan anggur dan merusak kualitasnya.
Sekitar tiga tahun lebih Ivo dan Edi mencoba berbagai macam cara untuk mengakali hal ini.
Hingga akhirnya penyimpanan anggur dengan menggunakan metode kuno Yunani menjadi pilihan mereka untuk mengakali hal ini.
Metode penyimpanan ini menggunakan botol-botol yang terbuat dari lilin atau tanah liat (clay) untuk menyimpan dan mematangkan anggur dengan tutup gabus.
Penyimpanan dengan metode kuno Yunani ini dapat mencegah anggur dari kerusakan dini akibat paparan sinar matahari atau suhu udara yang turun drastis.
Tanah liat atau lilin berfungsi untuk menyimpan suhu lingkungan saat pertama kali penyimpanan tanpa terpengaruh kondisi lingkungan di luar.
Keberhasilan metode penyimpanan ini tentu membawa keuntungan bagi Ico dan Edi.
Baca Juga : Update Gempa Donggala: Hoaks Tsunami Susulan Hingga Kabar Penjarahan Minimarket
Pada tahun berikutnya, Ivo dan Edi berencana untuk menawarkan sebuah petualangan kuliner baru kepada para pengunjung.
Pengunjung akan diajak menyelam dan memilih anggur yang akan menjadi teman bersantap.
Minuman anggur yang mereka simpan dikedalaman laut ini di beri nama Mysterium.
Anggur Mysterium dibuat dari anggur lokal bernama Plavac Mali.
Esktrak anggur yang didapat dari hasil pemerasan Plavac Mali akan disimpan didalam bejana khusus selama 700 dibawah permukaan laut hingga anggur matang sebelum kemudian dijual di pasaran.
Baca Juga : Singgung Apple, Samsung Bagi-bagi Ponsel Gratis di Kota ApelBaca Juga : Singgung Apple, Samsung Bagi-bagi Ponsel Gratis di Kota Apel
Kunikan cara membuat minuman anggur ini membuat Mysterium dibanderol dengan harga 327 dolar AS atau sekitar Rp 4.8 juta per botol.
Seorang pelayan restoran, Darko Darbic, mengungkapkan rasa anggur merah Mysterium berbeda dengan anggur merah pada umumnya.
Mysterium memiliki rasa yang lebih lembut dan mantap sepeti memiliki aroma buah ceri dalam setiap tegukannya.
Duo peracik wine itu menjual hasil produksi mereka di bar milik keduanya di dusun Drace, Semenanjunng Peljesac.
"Lebih dari 90 persen tamu kami adalah orang asing. Wine kami lebih terkenal diluar dari pada di Krosia, " kata Ivo Segovic. (*)
Source | : | Reuters,New York Times |
Penulis | : | Tata Lugas Nastiti |
Editor | : | Winda Lola Pramuditta |