Pada waktu yang sama, tujuh stasiun sistem pemosisian global (GPS) di pesisir Sumatera bagian barat dan Jawa bagian selatan mengukur data pergeseran permukaan bumi yang disebabkan gempa.
Baca Juga : Curahan Delia Septianti yang Sangat Terpukul Melihat Kondisi Adelia Pasha dan Korban Gempa Palu Lainnya
Dengan bantuan satelit navigasi, data itu terkirim dengan akurat.
Data yang sudah terekam akan dielaborasi dengan pembanding skenario yang dihitung sebelumnya, dari sini peringatan dini tsunami bisa diputuskan dalam hitungan detik.
Cara Kerja Buoy
Skenario tersebut bisa ditegaskan dengan data dari buoy. Cara kerjanya, alat pengukur tekanan gelombang di dasar laut mendeteksi secara cepat dan langsung dilaporkan ke buoy yang berada di atas permukaan laut.
Tinggi gelombang yang akan terhempas menuju pesisir secara akurat dapat dilaporkan buoy. Data aktual itu diterima satelit, alarm peringatan dini sudah bisa diaktifkan.
"Sebelum masuk ke daratan, buoy mencatat dan mengirim data kepada kami (BMKG), lalu kami bisa putuskan dan mempertegas sistem peringatan dini." Kata Kepala Pusat Gempa dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono.
Dengan demiian menurut Rahmat Triyono, buoy dapat mengetahui langsung secara aktual data di lapangan.
Baca Juga : Buka-Bukaan Kamera Samsung Galaxy Note9, Ini Jepretan Low Light
Tinggal Kenangan
Namun buoy kini tinggal cerita. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut Indonesia tidak lagi memiliki buoy untuk mendeteksi tsunami sejak 2012 silam.
Viral Rumah Dijual Rp 27 Juta di Yogyakarta, Kondisinya Horor dan Bikin Merinding, Akan Dibeli Joko Anwar?
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ngesti Sekar Dewi |
Editor | : | Ngesti Sekar Dewi |