Laporan Wartawan Grid.ID, Menda Clara Florencia
Grid.ID - Musisi sekaligus dokter spesialis bedah plastik bidang rekonstruksi, Tompi menjelaskan perbedaan memar antara trauma akibat pukulan dan efek pasca operasi estetika.
Hal ini terkait kasus aktivis sosial Ratna Sarumpaet. Foto wajah memar Ratna beredar, ia disebut menjadi korban kekerasan oleh oknum yang tidak dikenal.
Saat pertama melihat foto Ratna Sarumpaet di akun Twitter politisi Fadli Zon, ia sempat menawarkan bantuan untuk Ratna.
Baca Juga : Klarifikasi Tompi Soal Cuitannya yang Dikaitkan dengan Kebohongan Ratna Sarumpaet
Namun, tak lama setelah itu, Tompi juga menerima foto close up wajah Ratna Sarumpaet.
Ternyata, Tompi merasakan ada satu hal yang janggal.
Pemilik nama asli Teuku Adifitrian, Sp.BP., itu merasa ada yang aneh dengan efek memar Ratna Sarumpaet.
Baca Juga : Sedot Lemak Seperti yang Dilakukan Ratna Sarumpaet Makin Diminati Millenial Demi Selfi Sempurna
“Saya mulai terima beberapa gambar di-forward yang ngelihatin foto beliau itu lebih close-up, dari situ saya ngerasa nih ada yang enggak bener deh, perasaan saya aja gitu ya,” ujar Tompi, saat ditemui Grid.ID di sebuah klinik estetik di Pakunuono, Jakarta Selatan, Rabu (3/10/2018).
“Memar itu biasa, bengkak memar itu suatu yang biasa. Gitu. Cuman kan ada perbedaan antara bengkak memar karena trauma pukul,” lanjutnya.
Secara general, ia menjelaskan perbedaan antara bengkak trauma pukulan dan memar operasi.
Baca Juga : Isu Ratna Sarumpaet, Kenapa Masyarakat Indonesia Mudah Termakan Hoaks? Berikut Penjelasannya
Jika memar operasi, luka akan bersifat simetris.
“Misal kita operasi mata atas, ini bisa bengkak. Ini bisa bengkak. Dan bengkaknya akan simetrikal, bengkak kanan dan kiri. Bisa satu sisi lebih bengkak dari sisi yang lain tapi biasanya sisi kedua duanya. Dan ada memarnya,” jelas Tompi.
Selain itu, perbedaan dari luka operasi dan trauma adalah jumlah luka yang seimbang.
Baca Juga : Ratna Sarumpaet Akui Berbohong, Awalnya Hanya untuk Alasan Kepada Anak-anaknya
“Terus jumlah tonjokan kanan dan kiri sama kuatnya, apakah intensitas sama. Apalagi dikerjakan tiga orang misalnya,”
“Pasti akan beda antara memar habis ditonjok dan memar habis di operasi. Tapi untuk menentukan mana yang benar itu bukan ranah saya. Itu ranah yang berwajib. Tapi secara teori begitu,” tandasnya.
(*)
Penulis | : | Menda Clara Florencia |
Editor | : | Deshinta Nindya A |