Namun kenyataan pahit kembali menghampiri Nadia saat di pengungsian.
Ia mengetahui jika ibu dan keenam saudara laki-lakinya sudah tewas dibunuh oleh ISIS.
Untung dirinya mendapat bantuan dari sebuah organisasi dan Nadia bisa bertemu dengan saudarinya di Jerman, tempat sekarang ia tinggal.
Sejak tinggal di Jerman, Nadia mendedikasikan dirinya sebagai aktivis anti kekerasan terhadap perempuan bernama "Perjuangan Rakyat Kami."
Ia menyuarakan penderitaan etnis Yazidi dan korban ISIS lainnya ke seluruh dunia.
Dia juga memperjuangkan agar dunia mengakui perbuatan ISIS terhadap etnis Yazidi bisa dikategorikan sebagai genosida.
Keteguhan hati, sikap berjuang dan empatinya membawa Nadia meraih Nobel Perdamaian 2018 pada Jumat (5/10).
"ISIS ingin merampas kehormatan kami, tetapi justr merekalah yang kehilangan kehormatan," ujar Nadia.
Kini selain meraih Nobel, Nadia juga menjadi duta besar PBB untuk para penyintas perdagangan manusia.(*)
Viral Rumah Dijual Rp 27 Juta di Yogyakarta, Kondisinya Horor dan Bikin Merinding, Akan Dibeli Joko Anwar?
Source | : | Kompas.com,afp |
Penulis | : | Seto Ajinugroho |
Editor | : | Seto Ajinugroho |