Parapuan.co - Kawan Puan, ketika mengalami kesedihan baik itu kamu atau orang terdekatmu pasti membutuhkan seseorang untuk menguatkan ya.
Dengan begitu, kita pun mendapat dukungan yang membantu untuk membangkitkan semangat.
Sayangnya, kamu perlu tahu bahwa ada beberapa perkataan atau pernyataan semangat yang sebenarnya beracun alias toxic positivity.
Padahal, tak dimungkiri, sekedar bercerita dan didengarkan bagi seseorang yang sedang down bisa menjadi hal yang sangat menenangkan jika kamu atau orang lain sedang bersedih.
Maka itu, Kawan Puan, jika yang sedang bersedih adalah sahabat terdekatmu, jangan sampai kamu mengeluarkan kata-kata yang tidak baik dilontarkan.
Baca Juga: Ingin Membesarkan Anak dengan Harga Diri Tinggi? Begini Kata Ahli
Mungkin, sebenarnya kamu mau memberikan mereka semangat, tapi pada akhirnya temanmu malah mungkin bersedih lagi.
Hal ini karena kata-katamu yang justru berujung meremehkan kesedihan.
Dalam siaran pers yang PARAPUAN terima, Prita Yulia Maharani, M.Psi., psikolog dari aplikasi konseling Riliv, menyatakan kata-kata semangat ini disebut Toxic positivity.
Toxic positivity adalah kata-kata yang terdengar sebagai penyemangat, tetapi sebenarnya membuat orang lain jadi sedih karena tidak divalidasi.
Prita menambahkan bahwa saat mendengarkan sahabat atau siapa pun yang sedang bersedih, penting bagi kita untuk menerapkan empati atau memahami kondisi orang secara utuh.
"Toxic positivity membuat kita menekan emosi negatif dengan berusaha menerima emosi positif. Padahal, emosi negatif juga perlu kita terima agar tidak menumpuk," tutur Prita.
Di samping itu, perlu Kawan Puan tahu, kalau tidak semua orang itu ingin diberi nasihat.
Hal ini dikarenakan banyak orang yang sekadar ingin didengarkan. Lalu, apa saja perkataan yang merupakan toxic positivity?
1. "Masih ada yang lebih susah daripada kamu"
Kawan Puan, ungkapan di atas akan membuat teman atau kerabat yang sedang bercerita jadi merasa kalau masalahnya itu disepelekan.
Di sisi lain, kamu juga tidak mengetahui seberapa besar dan jauh usaha atau perjuangan yang dialami oleh temanmu.
Oleh sebab itu, gantilah kata-kata tersebut dengan "Aku bisa melihat dan merasakan betapa susahnya kamu berjuang menghadapi semuanya."
Baca Juga: Pakaian Dalam yang Indah Mengekspresikan Kepercayaan Diri, Kok Bisa?
2. "Sudah, jangan terlalu dipikirkan"
Kawan Puan, ketika ada seseorang yang berusaha bercerita ke kamu, ini artinya dia berusahan untuk menyingkirkan pikiran dengan membagikannya kepadamu.
Jadi kalau kamu menjawab "Sudah, jangan terlalu dipikirkan," itu sebenarnya tidak masuk akal.
Kamu bisa mengapresiasinya dengan “Terima kasih sudah bercerita ya.”
3. "Sudah, jangan sedih terus. Mellow banget"
Tak ada seorang pun yang mau sedih atau pun mellow.
Jika kamu mengatakan hal ini berarti menutup mata bahwa teman atau sahabat sedang mengalami masalah dan mempercayai kamu sebagai teman bercerita.
Kamu bisa berlatih mengatakan "Apa yang bisa kulakukan agar kamu bisa lebih tenang?"
Baca Juga: 5 Hal yang Harus Diperhatikan saat Kencan Pertama, Apa Saja?
4. "Masih mending, kalau aku…"
Kawan Puan, mungkin kamu sudah tidak asing lagi ya dengan kata-kata yang terlihat membandingkan nasib seperti siapa yang paling sengsara.
Kalimat "Masih mending, kalau aku..." sering menjadi andalan saat seseorang bercerita tentang kesedihannya untuk menunjukkan bahwa dia bukan yang paling sengsara.
Padahal, hal ini hanya membuat kesedihan menumpuk dan tidak divalidasi.
Catat baik-baik, kalau kesedihan bukanlah soal persaingan, dan orang yang sedang bercerita tidak ingin berkompetisi dengan siapapun.
Jika ada orang bercerita, alangkah baiknya kamu bisa membalasnya dengan pelukan atau mengiyakan bahwa apa yang sedang mereka hadapi berat.
5. "Kamu pasti bisa kok, enggak sulit ini"
Kalimat di atas pasti sudah tidak asing lagi didengar ya, Kawan Puan.
Walaupun terkesan menguatkan dan ingin memberi semangat, namun sadarkah kamu jika sebenarnya kalimat ini toxic positivity?
Pasalnya, kata "enggak sulit ini" berarti melihat dari kacamata kamu sendiri dan tidak mempertimbangkan kondisi orang itu.
Dan bisa jadi dia tidak memiliki sumber daya seperti yang kamu miliki, serta pengalaman berbeda dari yang sudah kamu lalui.
Penulis | : | Anna Maria Anggita |
Editor | : | Aghnia Hilya Nizarisda |
KOMENTAR