Terkadang psikolog mempunyai hipotesa yang perlu dikonfirmasi melalui beberapa sesi konsultasi.
Sebab, tak jarang terdapat gejala yang serupa tapi tak sama sehingga diagnosisnya pun berbeda.
Sehingga, untuk tindakan lebih lanjut dalam hal ini dilakukanlah sesi konsultasi.
Caranya beragam, tapi yang paling lazim dilakukan adalah dengan “ngobrol”.
Tapi mengobrol yang dimaksud bukan hanya basa-basi dan mengobrol biasa ya, Kawan Puan.
“Ngobrol adalah bentuk observasi yang juga jadi tools kami. Jadi saat ngobrol itu ada yang digali sama psikolognya. Enggak asal ngobrol, enggak asal dengerin," ungkap Linda.
Baca Juga: Jangan Bingung Lagi! Ini 5 Cara Agar Teman Mau Konsultasi ke Psikolog
"Walaupun ngikutin flow-nya pasien. Kami belajar untuk “ngobrol” itu, ditambah dengan observasi, jadi tahu kira-kira kondisi dan mood-nya dibandingkan dengan sebelumnya gimana,” tambahnya.
Jika sudah ada hipotesis dan diagnosisnya sudah terkonfirmasi, maka akan dibuat rancangan terapi yang tepat.
Lalu, setelah rancangan sesi selesai dijalankan maka akan berlanjut ke tahap evaluasi.
Evaluasi ini berfungsi menentukan apakah pasien butuh penanganan lanjutan atau tidak.
Terakhir adalah terminasi, yakni tahapan akhir yang menyatakan proses konstultasi dan terapi antara psikolog dengan pasien sudah selesai.
(*)
Source | : | Tabloid Nova |
Penulis | : | Maharani Kusuma Daruwati |
Editor | : | Maharani Kusuma Daruwati |
KOMENTAR