Hustle culture juga menumbuhkan racun dalam persaingan antar pekerja.
Padahal, kompetisi yang sehat bisa memotivasi pekerja untuk menjadi lebih baik.
Budaya kerja ini secara keseluruhan bisa mengurangi produktivitas pekerja terhadap perusahaan.
Tidak Hanya Pekerja Kantoran
Sayangnya, hustle culture ini tak hanya dialami oleh pekerja kantoran saja. Tapi, bisa dialami oleh siapa saja, termasuk mahasiswa.
Zarin Fariha, mahasiswa jusuran filsafat dan sosiologi di Monash University, Australia, mengungkapkan kalau dirinya juga mengalami burnout selama kuliah.
"Saya sering bergadang untuk mengerjakan tugas yang begitu banyak. Hingga saya mengalami burnout sehingga tidak memiliki energi bahkan untuk mengerjakan pekerjaan harian," ujarnya.
Baca Juga: Tambah Pengalaman Kerja dengan Magang, Ini 5 Tips Mempersiapkannya
Tak hanya mahasiswa, pelaku usaha juga merasakan hal yang sama.
"Di antara banyaknya harga untuk melakukan pekerjaan gila, salah satu harga yang harus bayar adalah kesehatan mental saya. Saya tidak mengutamakannya, dan membuat kondisi begitu parah beberapa tahun ini.
Saya mengalami depresi, tidak memiliki keseimbangan hidup antara kerja dan hidup," curhat Muhammed Asif Khan, Co Founder dan CEO Alpha Catering.
Penulis | : | Tentry Yudvi Dian Utami |
Editor | : | Dinia Adrianjara |
KOMENTAR