"Alasan yang sering dipakai pengunggah ialah hanya ingin dibagi kepada mereka yang dikenalnya, yang jumlahnya mencapai puluhan atau ratusan orang," lanjut Rose Mini.
"Masalahnya, sikat setiap orang yang melihat unggahan itu tidak diketahui," lanjutnya.
Di samping itu, UNICEF Malaysia pun pernah menuliskan sederet alasan mengapa sebaiknya foto anak korban kekerasan tidak disebarluaskan di media sosial.
1. Jejak Digital dan Membangkitkan Trauma
Foto-foto anak korban kekerasan dengan berbagai luka di tubuhnya akan menjadi jejak digital yang mungkin akan terus ada sampai ia dewasa.
Internet tidak melupakan apapun dan apa yang dipublikasikan serta dibagikan secara online tidak bisa dihapus begitu saja.
Ketika anak menemukan dan melihat foto-foto tersebut di kemudian hari, hal tersebut memaksanya mengingat kembali trauma masa lalu.
Baca Juga: Foto dan Video Pribadi Dibagikan Tanpa Persetujuan, Harus Apa?
2. Mempersulit Pencarian Pelaku
Pada kasus yang belum diketahui jelas siapa pelakunya, identifikasi terhadap pelaku menjadi sulit ketika video maupun foto sering dibagikan.
Pasalnya, kualitas rekaman atau sensor yang rendah membuat profil pelaku tersamarkan dan tidak terlihat jelas.
Source | : | Parapuan |
Penulis | : | Rizka Rachmania |
Editor | : | Rizka Rachmania |
KOMENTAR