Hal ini dibuktikan pada 1986, ketika sejumlah ilmuwan di Monell Chemical Sciences Center dan University of Pennsylvania Medical School, Amerika Serikat menemukan, feromon ternyata memegang peran penting dalam seksualitas.
Ternyata, feronon itu adalah bau ketiak.
Aroma ketiak berkembang sejalan dengan bertambahnya umur dan kematangan seseorang.
Sebelum masa pubertas, keringat seseorang tidak berbau.
Hal ini merupakan petunjuk biologis bahwa saat itu kita memang tidak membutuhkan sinyal untuk dilontarkan pada lawan jenis, sebelum betul-betul siap untuk dibuahi atau membuahi.
Tentu saja, ketika remaja atau dewasa, senyawa itu akan bercampur dengan keringat.
Namun senyawa kimia itu akan memisahkan diri dari bau keringat pada saat tubuh kita berpeluh dan langsung aktif pada masa-masa subur.
Produksinya biasanya melimpah pada masa subur dan akan menurun drastis sewaktu tiba masa menopause.
Selain di ketiak, feromon juga ada di sekitar kuping, hidung, dan mulut.
Soal feromon di tubuh manusia ini memang masih menyisakan banyak pekerjaan rumah.
Tanda-tandanya ada tapi belum bisa diisolasi dari tubuh manusia. (Intisari)
Pak Tarno Ketiban Rezeki Nomplok Usai Viral Jualan Ikan Cupang, Tangisnya Pecah saat Diberi Sosok ini Rp 50 Juta
Penulis | : | Hery Prasetyo |
Editor | : | Hery Prasetyo |