Kecintaannya kepada alat musik tradisional bundengan milik bangsa Indonesia itu, berawal saat Universitas Monash Australia memintanya untuk memperbaiki dan merawat bundengan.
Di situlah rasa penasaran mulai timbul.
Hasil berburu informasi di internet dan referensi lainnya membuahkan hasil positip.
Pada Agustus 2016, Rossie terbang ke Wonosobo untuk bertemu langsung dengan seniman Munir yang pernah ia tonton videonya sedang memainkan alat musik tersebut.
Rossie juga berhasil menemui pembuatnya di Desa Ngabean, Kecamatan Kalijajar, Kabupaten Wonosobo.
Khawatir Punah
Meski bukan warga negara Indonesia, sebagai pecinta kebudayaan, Rossie khawatir bundengan akan punah, di tengah kemajuan teknologi saat ini.
Alat musik itu kini jarang ditemui.
Bahkan gembala itik yang dulu menggunakannya sebagai topi di sawah, kini tak lagi ditemukan.
Dari sejarahnya, bundengan tidak sekadar alat kesenian yang bisa dimainkan atau digunakan sebagai topi.
Bundengan juga mengandung filosofi tentang seni, sosial dan budaya.
Kepala Bidang Informasi dan Komunikasi Publik Kabupaten Wonosobo, Bambang Sutejo pernah menjelaskan, dalam kesenian bundengan juga terkandung makna filosofi dan pendidikan karakter.
Nyesek, Abidzar Al Ghifari Sampai Lakukan Ini Demi 'Hadirkan' Mendiang Uje di Pernikahan sang Adik, Umi Pipik Auto Mewek