Grid.ID- Kekayaan budaya Indonesia yang begitu banyak, bisa saja membuatmu tak mengenal satu per satu budaya di negeri sendiri.
Padahal di negeri lain, mereka sangat tertarik dengan budaya kita yang sangat beragam.
Rasa penasaran bule dari Australia bernama Rossie Cook ini, membuatnya terus menelusuri informasi tentang alat musik unik bundengan dari Wonosobo, Jawa Tengah.
Setelah mencoba memainkan, ia pun jatuh hati dengan alat musik unik tersebut.
Apa keunikannya?
Grid.ID menelusuri informasi yang digali kompas.com, bahwa alat musik petik yang terbuat dari bambu itu, konon sudah ada sejak abad ke-12 silam.
Suara yang dihasilkan unik dan beragam, bisa menyerupai kendang, ketipung, bahkan bas bethot.
BACA JUGA (Turis Ditantang ke Pulau Cingkuak, Ada benteng Portugis yang Hampir Punah)
Uniknya lagi, selain dimainkan debagai alat musik, bundengan bisa digunakan sebagai topi.
Tugas merawat Bundengan
Bagaimana seorang bule Australia sampai jatuh cinta dengan alat musik milik negeri orang?
Bukankah Australia sendiri juga punya alat musik sendiri, seperti didgerido?
Kecintaannya kepada alat musik tradisional bundengan milik bangsa Indonesia itu, berawal saat Universitas Monash Australia memintanya untuk memperbaiki dan merawat bundengan.
Di situlah rasa penasaran mulai timbul.
Hasil berburu informasi di internet dan referensi lainnya membuahkan hasil positip.
Pada Agustus 2016, Rossie terbang ke Wonosobo untuk bertemu langsung dengan seniman Munir yang pernah ia tonton videonya sedang memainkan alat musik tersebut.
Rossie juga berhasil menemui pembuatnya di Desa Ngabean, Kecamatan Kalijajar, Kabupaten Wonosobo.
Khawatir Punah
Meski bukan warga negara Indonesia, sebagai pecinta kebudayaan, Rossie khawatir bundengan akan punah, di tengah kemajuan teknologi saat ini.
Alat musik itu kini jarang ditemui.
Bahkan gembala itik yang dulu menggunakannya sebagai topi di sawah, kini tak lagi ditemukan.
Dari sejarahnya, bundengan tidak sekadar alat kesenian yang bisa dimainkan atau digunakan sebagai topi.
Bundengan juga mengandung filosofi tentang seni, sosial dan budaya.
Kepala Bidang Informasi dan Komunikasi Publik Kabupaten Wonosobo, Bambang Sutejo pernah menjelaskan, dalam kesenian bundengan juga terkandung makna filosofi dan pendidikan karakter.
BACA JUGA (Setan Jawa Garin Nugroho Siap Diputar di Australia Akhir Pekan Ini! Udah Tahu Ceritanya Belum?)
Bila diajarkan kepada anak-anak, maka akan mampu membekali mereka agar tumbuh menjadi manusia penuh tanggung jawab dan bermental kuat.
Rossie akhirnya tergerak untuk ikut melakukan "kampanye" pelestarian bundengan, baik di Wonosobo, maupun di negeri asalnya, Australia.
Beberapa waktu tinggal di Wonosobo, wanita ini tampak membumi dengan masyarakat setempat.
Upaya Rossie ikut mengampanyekan bundengan membuahkan hasil positip.
Ia mengaku bahagia setelah mengetahui siswa-siswa sekolah dasar dan SMP di Wonosobo mulai diajarkan musik Bundengan.
Di SMPN 2 Selomerto Wonosobo, misalnya, salah seorang seniwati sekaligus guru bernama Mulyani mulai mengajarkan bermain bundengan pada anak didiknya. (*)
Larang Ayah Rozak Jadi Calon Wali Kota Depok, Ayu Ting Ting Ngaku Tolak Tawaran Terjun ke Dunia Politik, Ternyata ini Alasannya