Di sana ia bertemu dengan pangeran Diponegoro dan ia mengetahui bahwa orang didepannya itu adalah 'tawanan kelas berat' kolonial Belanda.
Insting seniman Bik mulai hidup, sembari menjadi pengawas Diponegoro di sana, ia mulai membuat sketsa wajah sang pangeran antara 8 April - 3 Mei 1830 tentunya dengan seizin yang bersangkutan.
Dasar seorang seniman, Bik melukis wajah Diponegoro amat detil.
Terlihat goresan penanya memperlihatkan kewibawaan Pangeran Diponegoro sebagai seorang keturunan darah biru.
Bik memang melukis apa adanya, sorban putih, pipi cekung dan keris memang itulah yang dikenakan sang pangeran saat di masa penahanan.
Bik tak tahu jika lukisannya ini bakal menjadi catatan sejarah amat penting bagi Indonesia setelah merdeka.
Karena lukisan sketsa wajah pangeran Diponegoro karyanya kini terdapat di buku-buku pelajaran sekolah, di mata uang rupiah, menjadi lambang Kodam IV Diponegoro, identitas Universitas Diponegoro, nama kapal perang Indonesia hingga masih banyak lagi. (Seto Aji/Grid.ID)
Source | : | gahetna.nl |
Penulis | : | Seto Ajinugroho |
Editor | : | Seto Ajinugroho |