Baca Juga : Belajar Membuat Boneka dari Kertas Koran di Papermoon Puppet Theatre
Tak hanya anak-anak, Papermoon Puppet Theatre memyadari penonton teater boneka bukan hanya dari kalangan anak-anak, tapi hingga orang dewasa.
"Seiring berjalannya waktu, kita menemukan penonton teater boneka nggak cuma anak-anak yamg suka, terus saya nambah message yang serius, akhirnya kami memutuskan bikin karya di Papermoon kebanyakan untuk dewasa, nggak untuk anak," ungkap Maria Tri Sulistyani.
Menggunakan boneka, masyarakat lebih menjiwai cerita pada pementasan.
Baca Juga : Mengintip Studio Papermoon Puppet Theatre, Lokasi Syuting Ada Apa dengan Cinta 2!
Selain itu, masyarakat jauh lebih terbuka akan pesan-pesan yang disampaikan dalam cerita dan jauh lebih respek.
"Orang percaya karakter si Kunta (boneka) itu dia, dia nggak acting, kalau aktor kan apalagi yang kenal sama aktornya 'Oh dia orangnya aslinya begini,' Kalau di teater boneka tuh dengan segera orang percaya 'Oh ini hidupnya memang begitu,' alurnya orang jadi lebih mudah terbawa dalam satu cerita karena mediumnya teater boneka,"
Baca Juga : Beda dari yang Lain, Ria Papermoon Baru Saja Antar Anak Hari Pertama Sekolah
"Orang awalnya pikir 'Ah teater boneka pasti gampang, seneng, pasti lucu,'. Eh justru pas mereka nonton mereka membuka diri seluas luasnya dengan apa yang terjadi di panggung, efeknya bisa lebih dari yang dibayangin," ujar Maria Tri Sulistyani.
(*)
Penulis | : | Rissa Indrasty |
Editor | : | Deshinta Nindya A |