"Mereka banyak merasa tidak percaya diri bisa menjadi seseorang, karena merasa terlahir miskin,"jelasnya.
Baca Juga : Hadiri Pernikahan Anak Konglomerat, Shah Rukh Khan Bertemu Mantan Selingkuhan
Padahal, mereka memiliki potensi besar untuk menjadi seseorang bahkan pengusaha.
Lewat Circa, Ukke pun merangkul perempuan sekitar desa untuk membuat boneka, sehingga keterampilan tersebut menjadi daya terbaik untuk meningkatkan rasa percaya diri.
Ukke juga mengajarkan mereka untuk berani speak up, agar kelompok "dikucilkan" tak lagi dipandang sebelah mata dan rendah.
"Kita sering dibilang voice of voiceless.
Saya selalu bilang ke teman-teman Sirca untuk ayo kita berani untuk bicara, karena mereka tidak pernah tahu, jika kita tak bicara atau mengungkapkan pendapat," jelasnya.
Setelah menjankan usahanya sekitar 10 tahun, Ukke pun berhasil melahirkan perempuan inspiratif yang mana beberapa di antaranya memilih untuk membuka usaha sendiri.
"Yang terpenting punya percaya diri dulu untuk mau maju, "tambahnya.
Lain halnya dengan Dinny Yusuf yang berjuang untuk memberdayakan perempuan muda di Toraja.
Melalui tenun, Dinny pun memulai perjuangannya untuk menghidupi desa tersebut.
Karena, tak bisa dimungkiri, jika tenun begitu identik dengan " orang tua" sehingga generasi penerus tak lagi meneruskan wasiat tenun.
Baca Juga : Karyawan Google Meninggal di Kantor Dalam Keadaan Misterius
Padahal, tenun begitu lekat dengan budaya yang membuat desa mereka pun bisa dikenal dunia.
"Awalnya untuk mengerahkan mereka untuk berpanghasilan itu bermula dari banyaknya bayi di sana. Dari situ, saya mengajak mereka untuk mulai mencari mata penceharian lewat menenun," jelasnya.
Itu pun tak mudah, karena perempuan di sana masih menganggap tenun tidak bisa menghidupi keluarga mereka, padahal destinasi Toraja menjadi salah satu destinasi favorit para turis.
Akhirnya, Dinny pun menemukan cara terbaik untuk perempuan di desa Toraja maju, yakni dengan menghadiahi babi atau kerbau.
"Saya bertanya apa impian mereka. Jawabannya luar biasa dan sempat tidak terpikirkan. Mereka hanya ingin bawa babi dan kerbau ke acara adat," jelasnya.
Dari sanalah, Dinny mewujudkan impian mereka dengan menenun dan menghasilkan kreasi tenun ciamik.
Tak hanya dapat babi atau kerbau, perempuan di sana juga sudah bisa membiayai keluarganya.
Itu juga semakin membuat Dinny bersemangat untuk menghidupi desa-desa lainnya sekitar Toraja.
Salah satunya dengan nomadic travel, untuk membuat para traveler merasakan sensasi menginap di desa dan melihat proses penenunan.(*)
Takut Hukuman di Akhirat, Verrell Bramasta Janji Tak Akan Korupsi Meski Kini Jadi DPR RI: Dihisab Berat
Penulis | : | None |
Editor | : | Nailul Iffah |