Kedua, penggunaan tangga berjalan atau eskalator di tempat-tempat umum.
Biasanya, masyarakat Jepang akan berdiri diam di salah satu sisi tertentu saat menggunakan eskalator dan mengosongkan sisi lainnya.
Hal ini dilakukan untuk memberikan kesempatan kepada orang lain yang tetap berjalan atau berlari di eskalator karena ingin mengejar waktu.
Kebiasaan ini berbeda di setiap kota, misalnya di Tokyo maupun Kyoto jalur eskalator yang dikosongkan adalah sisi kanan, sementara di Osaka ada di sisi sebaliknya.
Ketiga, budaya antre sangat dijunjung di Jepang.
Jalur antrean dapat ditemui di mana saja, mulai dari di jalur penyebrangan jalan raya, di jalur masuk pintu kereta, hingga antrean di toilet umum.
Semua akan berbaris rapi tanpa menyerobot.
Menariknya, di beberapa tempat umum seperti di stasiun kereta maupun jalur pemberhentian bus, selalu ada ilustrasi tapak kaki untuk menandakan jalur tempat mengantre.
(BACA JUGA: 10 Aturan Pakai Sumpit Ala Jepang, Salah Bisa Berbahaya )
Keempat, penggunaan kata ‘sumimasen’ dalam keseharian.
Sumimasen biasanya diucapkan untuk berterima kasih, mengucapkan permisi, atau sebagai permintaan maaf saat berinteraksi dengan masyarakat di Jepang.
Kata tersebut akan sering dijumpai karena penggunaannya cukup umum dan formal, misalnya saat kamu harus masuk lift saat pintu lift hampir tertutup, kemudian orang di dalam lift menahan pintu lift untuk kamu.
Inilah Wajah Pemenang Lomba Mirip Nicholas Saputra, Kantongi Rp500 Ribu, Mata dan Hidung Plek Ketiplek?