Grid.ID - Marina Satya Anggraini, wanita yang meninggal terkena petir, akan dimakamkan pada hari Sabtu siang (22/04).
Marina dan kedua anak-anaknya, Reihana (5) dan Nayara (4), sehari-harinya berpisah dengan suaminya.
Selama berada di Jakarta dan Marina bekerja, biasanya kedua putrinya di rumah bersama ibu dan ayah dari Marina.
Bramantyo Anggun Pambudi, suami Marina, bekerja di Jakarta sebagai pegawai PT PLN Jakarta.
Sedangkan Marina Satya Anggraini, bekerja di PT Pembangkit Jawa Bali di Surabaya.
Bramantyo Anggun Pambudi baru terbang ke Surabaya untuk bertemu dengan jenazah istrinya untuk terakhir kalinya pada hari Sabtu pagi (22/04) jam 5.00.
Saat tiba di rumah duka, ia tak kuasa menahan tanggis melihat istrinya yang tewas saat mengikuti kegiatan Leadership Management Training (LMT) untuk calon atasan PT PJB di Prigen Pasuruan, Jumat (21/4/2017).
(BACA JUGA Tragis, Wanita Beranak Dua Meninggal di Bawah Hujan, Ini Cerita Menyedihkannya)
Usai jenazah selesai dimandikan dan dikafani, ia diberi kesempatan untuk melihat istrinya untuk terakhir kalinya.
"Sebentar saya mau ambil wudhu dulu," kata Bram yang dikutip Grid.ID dari Tribunnews.
Usai berwudhu, ia menghadap jenazah istrinya dan mendoakannya dengan membacakan beberapa bacaan doa.
"Innalillahi wa innailaihi rojiun, semoga tenang di sana," kata Bram yang sehari-harinya memakai kacamata.
Menurut teman Bramantyo Anggun Pambudi yang dihubungi Grid.ID saat mengantar di bandara Soekarno Hatta, Tangerang., ia memiliki kebimbangan untuk menerangkan kepada kedua anaknya apa yang terjadi pada ibunya.
Teman dari suami Marina Satya Anggraini ini juga berujar bahwa beban kesedihannya bertambah saat harus menerangkan kepada kedua anaknya.
Akhirnya setelah tiba di rumah dan duka dan berdoa di depan jenazah istrinya, ia mendapatkan kekuatan untuk menerangkan kepada kedua anaknya.
Selang beberapa saat setelah membacakan beberapa doa untuk mendiang istrinya, Bram berlari kecil ke kamar bagian belakang dan menggendong putri sulungnya.
Reihan, anak sulungnya, tak tampak menangis.
Bram lalu memperlihatkan sosok bundanya kepada Reihana.
"Bundanya tidur. Ayo bilang dada sama bunda. Nggak boleh nangis ya," kata Bram.
Ia menjelaskan pada putrinya bahwa budanya saat ini akan pergi menghadap Allah.
Ikut Pelatihan
Dalam pelatihan calon pimpinan PJB ini, Marina Satya Anggraini yang menjadi pegawai PJB yang menjadi korban dinyatakan meninggal dunia karena disambar petir.
Kapolsek Prigen, AKP Baktiono Hendrianto mengatakan, informasi yang didapatkannya, korban ini sedang berteduh dalam tenda.
"Jadi saat kegiatan berlangsung, cuaca berubah buruk mendadak. Para peserta diminta berteduh di masing-masing tenda yang disediakan termasuk korban," katanya.
Ia menjelaskan, saat berteduh, korban bersama empat temannya di dalam tenda. Mendadak ada suara petir keras. Korban langsung jatuh, termasuk empat temannya.
"Diduga mereka ini terkejut dan sempat tak sadarkan diri. Tapi, empat temannya ini tersadar dan berusaha membangunkan korban. Tapi korban tak kunjung sadarkan diri," ungkapnya.
Setelah itu, kata dia, empat teman korban ini meminta pertolongan kepada teman-teman lainnya termasuk ke panitia.
Secara cepat dan cekatan, mereka menolong korban.
Korban sempat dibawa ke Puskesmas Prigen Kabupaten Pasuruan tapi tidak bisa ditangani dan akhirnya dirujuk ke RS Pusdik Shabara Porong, Sidoarjo.
"Informasinya meninggal dunia, dan sekarang saya pun sedang berada di rumah sakit," jelasnya.
Informasi terakhir yang diterima SURYAMALANG.COM yang dikutip Grid.ID, Marina Satya Anggraini akan disemayamkan di rumah duka Pucang Adi 63 Surabaya dan akan dimakamkan di Keputih.
Marina Satya Anggraini adalah karyawan Pembangkit Jawa Bali (PJB) yang juga lulusan Universitas Airlangga. (*)
Source | : | https://surabaya.tribunnews.com |
Penulis | : | Alfa Pratama |
Editor | : | Alfa Pratama |