Laporan Wartawan Grid.ID, Agil Hari Santoso
Grid.ID - Tsunami Banten yang diduga disebabkan karena erupsi Anak Krakatau, mengingatkan kita tentang musibah letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883.
Letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883, termasuk dalam deretan bencana alam terbesar di dunia.
Letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883 tidak hanya dirasakan oleh masyarkat di sekitar Selat Sunda, namun juga masyarakan di dunia.
Mengutip Kompas.com, Gunung Krakatau meletus pada 27 Agustus 1883, sekitar pukul 10.20 WIB.
Letusan Gunung Krakatau terhitung sangat dahsyat, sampai tercatat di buku The Guinness Book of Record sebagai letusan hebat yang terekam sepanjang sejarah.
Walau hanya meletus sekali, suara letusan Gunung Krakatau kala itu terdeteksi sampai 4 kali di seluruh penjuru dunia.
Baca Juga : Makin Misterius! Kepala PVMBG Sebut Gunung Anak Krakatau Belum Tentu Jadi Penyebab Tsunami Banten
Mengutip tulisan seorang fisikawan Dr. Aatish Bhatia di Nautilus, letusan Gunung Krakatau dapat didengar oleh orang-orang di 50 lokasi geografis yang berbeda.
Dr. Aatish menyebutkan, stasiun cuaca yang berada di 50 kota di dunia, mendeteksi gelombang suara yang diakibatkan letusan Gunung Krakatau.
Dalam rentang waktu 5 hari, stasiun cuaca di 50 kota di dunia tersebut mendeteksi suara letusan hingga 3 sampai 4 kali.
Mendukung pernyataan Dr. Aatish di tulisannya, Harian Kompas pada 1992 juga pernah memberitakan bahwa letusan Gunung Krakatau dapat terdengar oleh telinga manusia yang berada 4.500 km jauhnya.
Letusan Krakatau terdengar ke timur sampai Australia Tengah, 3.300 kilometer dari lokasi letusan, dan ke barat terdengar sampai Pulau Rodriguez, kepulauan di Samudera Hindia, 4.500 kilometer jauhnya dari Selat Sunda.
Dikutip Grid.ID dari Kompas.com, konon letusan Gunung Krakatau sangat keras dan dahsyat, hingga suaranya disamakan dengan 21.648 letusan bom atom.
Baca Juga : Gunung Anak Krakatau Meletus 49 Kali Hanya dalam Waktu 6 Jam, Radius Berbahaya Diperluas
Letusan Gunung Krakatau juga mengakibatkan gelombang Tsunami yang menghantam pesisir pantai Selat Sunda.
Gelombang air laut setinggi 30 meter, menerjang desa-desa yang berada di pessir pantai.
Gelombang tinggi bahkan sampai terasa di Afrika Selatan, San Fransisko dan Alaska, Amerika Serikat.
Ditaksir, ada 36.000 nyawa manusia melayang akibat bencana besar letusang Gunung Krakatau.
Baca Juga : Gunung Anak Krakatau Alami Erupsi, ini Bedanya dengan Gunung Krakatau
Letusan dahsyat Gunung Krakatau pada tahun 1883 menciptakan gunung baru yang dinamai Anak Krakatau.
Anak Krakatau diduga sebagai penyebab tsunami Banten yang menerjang pesisir pantai Selat Sunda, pada Sabtu (22/12/2018) malam.
Mengutip unggahan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho di akun Twitter-nya, @sutopo_pn, jumlah korban yang tercatat hingga (24/12/2018) pukul 17.00 WIB, sebanyak 373 orang meninggal dunia.
Korban tsunami di Selat Sunda terus bertambah. Tim SAR gabungan terus beroperasi. Data sementara hingga 24/12/2018 pukul 17.00 WIB, tercatat 373 orang meninggal dunia, 1.459 orang luka-luka, 128 orang hilang, dan 5.665 orang mengungsi. Diperkirakan korban masih bertambah. pic.twitter.com/ktQLtDyOMV
— Sutopo Purwo Nugroho (@Sutopo_PN) December 24, 2018
(*)
Source | : | Kompas.com,Harian Kompas,Nautilus |
Penulis | : | Agil Hari Santoso |
Editor | : | Agil Hari Santoso |