Grid.ID - Berjuang membela kaum buruh, bukannya membuahkan hasil yang memuaskan. Wanita kelahiran desa Nglundo, Sukomoro, Nganjuk Jawa Timur, 10 April 1969 bernama Marsinah ini ditemukan tewas mengenaskan.
Hasil otopsi di RSUD Nganjuk dan RSUD Dr Soetomo menyebutkan, aktivis dan buruh pabrik PT Catur Putra Surya yang meninggal 8 Mei 1993 ini menemukan adanya tanda-tanda bekas luka penganiayaan berat.
Ada yang menyebutkan, ada luka tembak di bagian alat vitalnya. Cerita lain menyebutkan, Marsinah mengalami penyiksaan sebelum dibunuh. Pada leher dan pergelanagn tangannya ada bekas pukulan hingga menyebabkan ia menderita luka dalam.
Yang bikin sedih lagi, ulah kejam para pembunuh. Penerima penghargaan Yap Thiam Hiem Award ini pada bagian alat vitalnya terlihat ada benda tumpul yang dimasukkan ke dalamnya. Sadis, ya!
Kasus kematian Marsinah ini menarik perhatian pakar forensik almarhum Abdul Mun'im Idries. Ia membukukan kasus Marsinah dalam sebuah buku karangannya yang berjudul Indonesia X File.
(BACA JUGA Masih Ingat Kasus Marsinah? Kepergian Wanita Pejuang Hak Buruh ini Masih Meninggalkan Misteri)
Dalam kasus Marsinah, pakar forensik itu menemukan banyak kejanggalan. Ia menilai visum dari RSUD Nganjuk terlalu sederhana.
Hasil visum hanya menyebutkan, Marsinah tewas akibat pendarahan dalam rongga perut.
Tidak ditemukan laporan tentang keadaan kepala, leher dan dada korban.
Pembuat visum harusnya menyebutkan apa penyebab kematian, apakah karena tusukan, tembakan, atau cekikan?
Menurut Mun’im tidak benar jika hanya disebutkan mekanisme kematian, seperti pendarahan, atau mati lemas.
Sementara dalam persidangan teungkap Marsinah ditusuk alat vitalnya dalam waktu yang berbeda. Namun dalam laporan hasil visum, hanya ada 1 luka.
Kejanggalan lain, kata Mun’im, adanya barang bukti yang dipakai untuk menusuk alat vital korban ternyata lebih besar dari ukuran luka yang sebenarnya.
(BACA JUGA Keriaan Hari Buruh di Pusat Kota Jakarta, Bertabur Wanita Cantik!)
Nggak salah jika Mun’im curiga, bahwa pembuatan visum itu tidak benar.
Siapa pelaku pembunuhan keji itu?
Dari hasil penyidikan polisi, ada 10 orang yang diduga terlibat dalam pembunuha. Ada beberapa orang dengan tugas yang berbeda-beda.
Pekerja di bagian kontrol PT CPS bernama Suprapto, bertugas menjemput Marsinah.
Entah apa bujukannya sampai Marsinah mau membonceng pria itu.
Tanpa rasa curiga Marsinah ikut sampai ke pabrik. Ternyata, dari pabrik, Marsinah dibawa ke rumah Yudi Susanto sang pemilik pabrik dengan mobil Suzuki Carry putih, di Jalan Puspita, Surabaya.
(BACA JUGA Demo Hari Buruh, Ini Yang Diharapkan Oleh Ibu-ibu ini)
Selama tiga hari Marsinah disekap, sebelum nyawanya dihabisi oleh satpam perusahaan bernama Suwono. Satpam ini memang ditugasi untuk mengeksekusi Marsinah.
Salah satu dari 10 orang terduga pembunuhan yang diperiksa Tim Terpadu Bakosrstanasda Jatim adalah anggota TNI.
Tim Bakorstanasda Jatim ini bertugas melakukan penyelidikan dan penyidikan kasus pembunuhan Marsinah. Tim beranggotakan Kapolda Jatim dan Komandan Satgas Kadit Reserse Polda Jatim sebagai penanggungjawab.
Sementara itu anggotanya tim adalah Polda Jatim dan Den Intel Brawijaya sebagai penyidik/penyelidik.
Teman-teman kerja Marsinah tak menyangka sama sekali bahwa Marsinah dihabisi nyawanya. Mereka mengira Marsinah pulang kampung.
Salah seorang sahabatnya kaget bukan main, setelah mengatahui kabar Marsinah ditemukan tak bernyawa di hutan Dusun Jegong, Desa Wilangan, Nganjuk.
(BACA JUGA Demo Hari Buruh, Ini Yang Diharapkan Oleh Ibu-ibu ini)
Tuntutan Marsinah dan rekan-rekan buruh sebenarnya tidak berlebihan. Mereka hanya menuntut kenaikan upah yang layak, yakni dari Rp 1700 menjadi Rp 2250 per hari.
Tuntutan itu juga tak asal diajukan. Sesuai dengan instruksi Gubernur KDH TK I Jawa Timur melalui surat edaran No. 50/Th. 1992 menyebutkan, imbauan kepada pengusaha agar menaikkan kesejahteraan karyawannya dengan memberikan kenaikan gaji sebesar 20% gaji pokok.
Menurut sebuah sumber, PT CPS memenuhi tuntutan para buruh itu. Marsinah pun merasa lega telah berhasil memperjuangkan nasib teman-temannya.
Ia mengatakan perjuangannya sudah selesai. Tuntutan kenaikan upah sudah dipenuhi, sehingga Ia menyerukan ke teman-temannya untuk bekerja denagn baik, demi masa depan.
Yang jadi pertanyaan, mengapa Marsinah harus dibunuh? (*)
Viral Rumah Dijual Rp 27 Juta di Yogyakarta, Kondisinya Horor dan Bikin Merinding, Akan Dibeli Joko Anwar?