Grid.ID - Menjadi buruh pabrik bukanlah profesi yang menyenangkan.
Karena buruh hanya mengerjakan satu pekerjaan berulang-ulang seumur hidupnya.
Seperti yang dirasakan oleh buruh pabrik Apple di China ini.
(BACA JUGA: Kisah di Balik Hari Buruh 1 Mei, dari Memuja Dewa Bunga, Hari Katolik, Penyebaran Komunis, Sampai Kerusuhan)
Dejian Zeng menghabiskan waktu 12 jam sehari untuk merakit iPhone di pabrik komponen Apple Pegatron, Shanghai, Tiongkok.
Sarjana lulusan NTU Singapura tersebut sengaja bekerja sebagai buruh pabrik selama enam minggu.
Ini adalah bagian dari proyek musim panasnya.
Sembari bekerja, ia menganalisa kehidupan para buruh di sana, dan menceritakannya ke masyarakat luas.
"Yang saya lakukan hanya memasang sekrup yang menahan speaker di punggung iPhone," begitu Zeng mendeskripsikan pekerjaannya secara detail," sebagaimana dilaporkan BusinessInsider dan dihimpun KompasTekno, Selasa (25/4/2017).
(BACA JUGA: Duh, Anak Mulan Jameela dan Ahmad Dhani Disebut Mirip Politikus Ini)
Pekerjaan yang terbilang sederhana itu dilakukan berulang-ulang selama 12 jam sehari.
Ia memulai hari sejak pukul 07.30 di dalam pabrik dan pulang ke asrama buruh pada pukul 19.30 malam.
"Sangat membosankan karena hanya mengulang pekerjaan yang sama terus-menerus," ia menuturkan.
Gaji yang ia peroleh selama sebulan sekitar 3.100 yuan atau 450 dollar AS (sekitar Rp 5,9 jutaan).
Gaji itu sudah termasuk lembur.
Para karyawan pun cuma diberikan waktu libur sekali seminggu pada hari Minggu.
(BACA JUGA: Driver Ojek Online Menggorok Leher Wanita 21 Tahun, Ini Gara-garanya)
Salah satu hal yang membuat Zeng sangat terkejut adalah perlakuan para manajer atau atasan ke buruh.
Menurutnya, seringkali buruh diperlakukan nggak manusiawi.
"Berteriak ke buruh adalah rutinitas di pabrik," ujarnya.
Pegatron paham bahwa bekerja sebagai buruh mereka membutuhkan mental yang kuat.
Kalau nggak tahan, bisa saja buruh bunuh diri.
Untuk mencegahnya, Pegatron merancang bangunannya agar buruh tak bisa melompat ke bawah.
Menurut Zeng, ada sekitar 70.000 buruh usia 18 hingga 30 tahun yang bekerja di Pegatron ketika ia di sana.
Mereka tinggal di asrama buruh yang terpencar di beberapa titik, ada yang di dalam area pabrik dan ada juga yang di luar.
Dalam satu kamar, ada delapan buruh yang tidur bersama.
Mereka diberikan kasur bertingkat untuk dua orang, ada yang di atas dan ada yang di bawah.
"Dalam satu lantai, kami cuma punya satu kamar mandi (bathroom) dan kamar buang air (restroom) yang dipakai bersama oleh 200 orang, sebab satu lantai berisi sekitar 20 kamar," Zeng menjelaskan.
Memprihatinkan sekali ya, aemoga kondisi buruh di Indonesia bisa lebih baik dari mereka. (*)
Viral, Gadis Anak dari Pengepul Barang Bekas Ini Berhasil Jadi Sarjana, Auto Bangga Pamer Foto di Atas Gerobak Orang Tua
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Kama |
Editor | : | Kama |