Dia mengaku tak bisa membaca sama sekali, dan mengikuti segala sesuatu yang diarahkan oleh sang sutradara.
Meski tak memiliki kemampuan akting, dirinya tak minder untuk beradu peran dengan beberapa pemain.
“Kulo mboten wedi, kalih wong gede-gede (saya tidak takut bersama orang-orang kaya). Ngasi ponakan kulo sik ten Jakarta takon kok wani. Kulo niku gih wani. Kulo mboten saget moco, (Sampai saudara saya yang di Jakarta tanya kok berani. tetapi saya menjawab tetap berani, meski saya tidak bisa membaca),“ katanya sambil tertawa.
Dia mengaku teringat saat beradu akting dengan sang menantu ketiganya, Supriyanto, dan dirinya harus berbahasa Jawa halus.
Padahal sebagai orang tua dirinya yang seharusnya dihormati sebagai ibu.
“Kulo diken boso kalian anak kulo, saya itu tertawa. Lha wong sama anak kok boso. (saat itu saya disuruh berbahasa jawa halus kepada anak saya. Saya tertawa sampai empat kali. Lha sama anak kok disuruh berbahasa jawa halus atau hormat),” kenangnya.
Ponco Sutiyem, mengaku tak ingat tahun kelahirannya.
Yang dia ingat saat perang kemerdekaan melawan Jepang, saat dia berusia 16 tahun dan sudah menikah bersama Ponco Sentono.
“Pekarangan rumah saya dibom, sampai pintu rumah jebol. Saya menggendong anak pertama (Sagiyem) yang masih berusia kurang dari seminggu, masuk kedalam lubang,” urainya.
Bersama suaminya, Mbah Ponco memiliki 7 anak, 27 cucu 40 buyut, dan 4 canggah (anak cucu).
Dia pun mengaku ingat beberapa nama cucunya.
Saat ini Ponco Sentono dan Ponco Sutiyem tinggal di rumahnya, yang tak jauh dengan rumah Kamti, anak nomor 5 yang setiap hari mengurus keperluan pasangan ini.
Salah seorang cucu Mbah Ponco yang mendampingi dalam pengambilan gambar film Ziarah, Risdiyanto mengatakan, awal mula terpilihnya Mbah Ponco Sutiyem menjadi salah satu artis yakni adanya mahasiswa dari Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) yang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desanya pada tahun 2015 silam.
Saat itu, Rusidyanto yang juga sebagai Kepala Dukuh Pagerjurang, Desa Kampung, ditemui oleh Bagus Sutriawan yang mengatakan lokasi tersebut layak untuk dijadikan pengambilan gambar sebuah film.
“Mas Bagus itu temannya sutradara Bw Purba (sutradara Film Ziarah), dan mengatakan lokasinya bagus untuk pengambilan film, lalu mencari pemain,” ucapnya.
Setelah melakukan beberapa pencarian figur yang tepat untuk memainkan Sri, tak juga ditemukan. Akhirnya Risiyanto menawarkan neneknya untuk diajak.
“Mbah saya itu yang terakhir, dan katanya cocok akhirnya bermain dalam film tersebut,” katanya.
Meski berusia senja, Mbah Ponco selalu mengikuti arahan dari sutradara dan kru film.
“Semangatnya itu luar biasa, meski tidak bisa mambaca namun beliau cepat mengerti bila diajari adegan,” ucap cucu mbah Ponco dari anak nomor 3 bernama Wasiyem ini. (*)
Kabar Terbaru Jessica Kumala Wongso Usai Bebas, Unggahannya di Tiktok Jadi Omongan, Disebut ketinggalan Zaman
Penulis | : | Hery Prasetyo |
Editor | : | Hery Prasetyo |