"Kadang-kadang, istilahnya dikasih obat pahit tidak mau, padahal obat ini untuk menyembukan, tapi pahit," ujar dia.
"Proses itu (edukasi) akan terus kami lakukan, mengingatkan masyarakat dengan ilmu kita bisa hidup lebih baik.
Tanpa ilmu, kita akan menjadi korban karena ketidaktahuan kita sendiri," sambung dia.
Pantauan Kompas.com, Emil meninjau lokasi bencana tanah longsor di Kampung Garehong sekitar 1 jam.
Bahkan, dia sempat mendekati lokasi rumah-rumah yang tertimbun dan menyaksikan proses pencarian dan evakuasi korban.
Baca Juga : Tangis Pilu Keluarga Korban Longsor Sukabumi Saat Menanti Kerabat Mereka yang Masih Belum Ditemukan
Saat itu, cuaca dalam kondisi cerah. Namun, untuk mencapai lokasi dari Posko Tanggap Darurat Bencana di SD Negeri Cimapag ke lokasi berjarak sekitar 700 meter harus melintasi jalanan berlumpur yang licin.
Bahkan, sekitar 200 meter ke lokasi rumah tertimbun, bila tidak hati-hati bisa terjerembab tanah lumpur dengan kedalaman sekitar 50 sentimeter.
Tidak sedikit di antara relawan dalam proses pencarian terjerembab tanah lumpur.
Diberitakan sebelumnya, bencana tanah longsor terjadi di wilayah Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Senin (31/12/2018) petang.
Peristiwa ini terjadi sekitar pukul 17.00 WIB di Kampung Cigarehong, Kadusunan Cimapag, Desa Sirnaresmi. Akibat longsor yang terjadi saat hujan deras mengguyur wilayah Sukabumi, puluhan rumah tertimbun longsoran. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul, "Ridwan Kamil: Dua Pertiga Wilayah Sukabumi Masuk Zona Merah Bencana"
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | None |
Editor | : | Bunga Mardiriana |