"Kalau berita atas sebuah peristiwa hanya berupa teks saja daya sensasinya hilang. Jadi berita langsung lewat saja,” tambahnya.
“Makanya, ditambahkan bumbu-bumbu sensasi berupa foto-foto itu untuk menunjukkan dampak terburuk dari sebuah kejadian," papar direktur lembaga psikologi Personal Growth ini.
(BACA JUGA Breaking News! Ini Kronologi Kejadian Bom di Kampung Melayu, Jakarta Timur)
Namun, ada juga motivasi negatif dari penyebar konten mengerikan itu.
Menurut Ratih, di kelompok ketiga ini adalah orang yang memang sengaja ingin menyebarkan teror.
"Ada orang yang memang menyukai kekejian dan kekerasan. Mereka menikmati dan juga menikmati dampak dari kekerasan yang terjadi pada orang lain,” katanya.
"Jadi, gambar korban itu di-share untuk memberikan teror itu," tegasnya.
Ratih menjelaskan, sulit membedakan apakah motivasi penyebar foto itu positif atau negatif.
(BACA JUGA Jessica Iskandar Sampe Begini, Saat Mendengar Teror Bom di Studio NET TV dan Kampung Melayu)
Tetapi, kamu bisa melihat pola perilakunya dari rekam jejak sebelumnya.
"Kalau orang itu minta maaf dan berhenti menyebarkan, mungkin dia termasuk orang yang niat awalnya baik atau polos tidak tahu bahwa itu tidak pantas,” jelasnya.
“Tapi kalau orang itu sering melakukan, kemungkinan dia memang sengaja. Orang yang senang kekejian," katanya.
3 Tahun Menghilang, Li Ziqi Akhirnya Comeback, Ini 5 Fakta Sang YouTuber Cantik Nomor 1 di China dan Alasan Sempat Hiatus
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Alfa |
Editor | : | Alfa |