"Enggak tau, enak aja lagunya sama kaya namanya yang teduh. Ya semua saya suka, pokoknya saya puter semua lagunya. Sudah 4 bulan saya simpan lagu-lagu payung teduh di hape," ungkap penyanyi yang diawal karirnya pernah juara 2 Festival Bintang Radio dan Televisi pada tahun 1987.
Meski belum pernah bertemu dengan band indie Payung Teduh, Yuni Shara mengaku suka apalagi dengan karya lagunya.
"Meski belum pernah liat sosoknya tapi saya suka. Berarti saya ngefans bukan karena figurnya tetapi lebih suka sama karya-karyanya," tutup Yuni Shara.
Payung Teduh merupakan band alternatif Indonesia beraliran fusi antara Folk, Keroncong dan Jazz atau yang biasa disebut Musik Indie.
(BACA Mengejutkan, Benda Berisiko Ini Ternyata Selalu Dibawa Yuni Shara Bila Bepergian)
Band ini lahir dari dua orang sahabat yang berprofesi sebagai pemusik di Teater Pagupon yang senang nongkrong bersama di kantin Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.
Keduanya adalah Mohammad Istiqamah Djamad dan Comi Aziz Kariko yang senang bermain musik bersama di kantin.
Angin Pujaan Hujan ialah lagu pertama yang memunculkan warna mereka sendiri.
Seiring berjalannya waktu tercipta pula lagu-lagu lainnya seperti Kucari Kamu, Amy, Untuk Perempuan Yang Sedang Dalam Pelukan, juga termasuk karya-karya dari pementasan teater bersama Catur Ari Wibowo seperti Resah, Cerita tentang Gunung dan Laut, dan karya Amalia Puri yang berjudul Tidurlah dan Malam.
Pada akhirnya Payung Teduh memutuskan untuk membuat album indie pertamanya yang dirilis dipenghujung 2010. (*)