Grid.id - Kebanyakan serial drama Korea selalu menceritakan kisah yang romantis dan menyenangkan.
Sering mengisahkan tentang kehidupan instan yang membuat si tokoh utama langsung kaya raya.
Atau, kisah cinta yang berakhir dengan bahagia.
Kenyataannya, Korea Selatan berada di urutan atas dalam hal kasus bunuh diri.
Selain soal Gol dan Gelar, Ronaldo Juga Tak Mau Kalah dari Messi dalam Urusan Pernikahan https://t.co/vbuX5naux1 via @bolasport
— BolaSport.com (@bolasportcom) July 24, 2017
Pengakuan PSK di Surabaya - Semalam Bisa Layani 18 Pria, Rahasianya Staminanya Ternyata Minum...
Itu berdasarkan data dari Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2013.
Jumlahnya sungguh mencengangkan : sebanyak 28,7 per 100.000 orang melakukan bunuh diri.
Banyak pelaku bunuh diri ada di usia muda.
Rata-rata di rentang SMA dan mahasiswa.
Begini curhatan salah satu siswa Korea tentang tekanan mental yang ia hadapi.
1. Kompetisi Antarsiswa
Walaupun masih duduk di kelas 1, stress dan persaingan yang terjadi antara satu sama lain mulai terasa luar biasa.
Karena setiap siswa berlomba untuk mendapatkan tempat di universitas atau perguruan tinggi. Sekolah menjadi tempat untuk saling berkompetisi.
2. Padatnya Jadwal Belajar
Tidak seperti di Indonesia, Korea sangat menganjurkan jam belajar di sekolah hingga 12 jam sehari terlebih saat menjelang ujian akhir.
Terbangun, Wanita Ini Rasakan Bagian Dadanya Diraba-raba di Dalam Bus, Reaksinya Bikin Kaget
Selesai belajar di sekolah, mereka akan langsung melanjutkan belajar dalam program intensif.
3. Kurangnya Jam Tidur
Ada pepatah Korea yang mengatakan, “Jika Anda tidur tiga jam semalam, Anda bisa masuk ke universitas atas; Jika Anda tidur empat jam semalam, Anda mungkin masuk ke universitas lain; Jika Anda lima jam atau lebih, terutama di tahun terakhir sekolah, lupakan masuk universitas manapun.”
Menjelang ujian akhir, mereka akan terbiasa untuk pulang tengah malam setelah belajar dan tidur hanya 4 jam sehari.
4. Tuntutan Orangtua
Dengan sistem belajar yang diterapkan oleh sekolah-sekolah di Korea yang membuat siswanya terus belajar, orangtua menjadi berharap banyak kepada nak-anak mereka.
Harapan para orangtua inilah yang berubah menjadi tekanan karena tuntutan kepada sang anak agar dapat masuk ke universitas terbaik.
5. Kekhawatiran di Masa Depan
Ia menceritakan tentang kekhawatiran atas hidupnya di masa depan.
Tentang universitas yang ia inginkan dan apakah ia nantinya akan mendapat pekerjaan atau tidak.
Dalam masa-masa tersebut ia mulai merasakan bahwa dirinya mulai stress dan depresi pada kehidupan sekolahnya.
Selain itu, ia mulai mengerti mengapa banyak orang di sekitarnya yang berpikiran untuk lebih baik mengakhiri hidup dengan bunuh diri.
Wah, jangan sampai tepikir untuk bunuh diri ya. (*/Septi Nugrahaini)
Mendadak Catwalk, Fitri Tropica Bangga Berhasil Ajak sang Suami Tampil Jadi Model
Penulis | : | Aji Bramastra |
Editor | : | Aji Bramastra |