Sang perancang juga pandai menggoda mata penonton untuk sejenak berhenti di bagian atas busana.
Mutiara besar dan kecil diuntai menjadi sebuah mini cape yang dipadankan dengan terusan yang berpotongan ketat di bagian atas dan melebar di bagian bawah.
Perhatian juga kembali tertuju saat Yenty menggunakan teknik lipat, lipit dan tekuk yang dijahit tindas dan dimunculkan di bagian torso, bagian punggung, bagian dada dan pinggang untuk memutakhirkan busana.
"Memang beberapa gaun itu pasti ada hasil tanganku sendiri, dengan metode handmade itulah yang membuat sebuah gaun terlihat lebih glamor karena ada campur tangan langsung dari si pembuatnya, dan pastinya membutuhkan ketelitian yang sangat khusus agar tercipta busana yang indah," jelas Yenty.
Hasilnya, memang tak dipungkiri, semerbak aroma masa kini serta merta merebak pada eksotisme busana era Belle Epoque hadir dalam peragaan busana tersebut.
Selembar busana berpotongan flare hitam yang bersiluet ringkas, dalam sekejap menjadi berkesan mewah ketika dipadankan dengan selembar jubah pendek penuh lempengan berwarna keemasan.
Lempengan ini disusun hingga menyerpai rumbai-rumbai berukuran besar.
Menutup peragaan Yenty menghadirkan gaun pengantin dengan jubah panjang putih yang pada jubah tersebut tersusun lempengan-lempengan seperti pada busana keemasan.
Dalam busana ini ditampilkan lempengan-lempengan dengan bubuhan mutiara, lace dan imbuhan kristal swarovski dan menjadi versi grande yang berkesan megah dalam menonjolkan sisi keanggunan dan sofistikasi gaya kaum masa kini.
Good job Yenty Tan! (*)
Bikin Syok, Nadia Vega Ungkap Sudah Lama Cerai dari Suami Bulenya: Penginnya Seumur Hidup, tapi...
Penulis | : | Ridho Nugroho |
Editor | : | Ridho Nugroho |