Laporan wartawan Grid.ID, Aditya Prasanda
Grid.ID - Wanita-wanita ini menolak praktik poligami, mengajarkan baca pada anak-anak buta huruf dan membantu para petani.
Namun pemerintah memenjara, menyiksa, membumi hanguskan, dan memutar balikkan sejarah tentang mereka.
Pasca peristiwa G30S 1965, cerita mengenai Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) hampir semuanya berbau fitnah.
Kehadiran sejumlah anggota Gerwani di Lubang Buaya, Jakarta, pada malam 1 Oktober 1965, dikaitkan dengan keterlibatannya dalam peristiwa G30S 1965.
Sejak itu, kampanye fitnah tentang Gerwani mengalir deras.
Gerwani difitnah menyilet kemaluan para Jenderal dan mencungkil matanya.
Tak hanya itu, kehadiran Gerwani di Lubang buaya juga dikaitkan dengan pesta seks bebas dan tarian seksual “Harum Bunga”.
Tarian ini akhirnya terbantahkan oleh seorang saksi sejarah, Deborah Sumini yang menyangkal kebohongan yang diawetkan Orde Baru itu.
Sumini mengatakan, pada 1965 koran Berita Yudha dari Angkatan Bersenjata mengabarkan ada dua nama anggota Gerwani yang ditangkap, yaitu Jamilah dan Fainah.
Penulis | : | Aditya Prasanda |
Editor | : | Aditya Prasanda |