Sedangkan membeli antibiotik sendiri di pasar bagaimanapun tidak dapat dibenarkan.
Soalnya, antibiotik digolongkan dalam obat berbahaya yang harus dikontrol pemakaiannya (hanya untuk yang benar-benar memerlukan).
Para dokter yang terlanjur salah kaprah tentang penggunaan antibiotik diimbau untuk tidak melakukannya lagi.
Alangkah baiknya kalau mereka mau beralih ke cara pengobatan yang rasional.
Efek sampingan antibiotik yang serius, selain dapat menimbulkan masalah resistensi, kadang-kadang dapat menimbulkan kematian.
Obat yang mubazir karena tidak efektif dan malah menimbulkan reaksi berbahaya sebenarnya bertentangan dengan pertimbangan manfaat atau risiko dalam prinsip pengobatan.
Bila seluruh masyarakat terus melakukan kekeliruan itu, maka risikonya menjadi sangat besar.
Resistensi kuman akan menyebabkan hilangnya keampuhan antibiotik pada saat ia benar-benar diperlukan.
Bagaimana dengan tambahan berbagai obat lain?
Vitamin dan pengencer dahak tidak mutlak diperlukan dan perlu dinilai secara individual.
Yang perlu diingat, dengan atau tanpa antibiotik, flu akan sembuh dalam beberapa hari hingga seminggu.
Bila tidak, sebaiknya konsultasikan kepada dokter keluargamu.
Yang perlu ditentukan, apakah demam yang diderita itu disebabkan oleh penyakit lain atau apakah obatnya perlu diubah? (*)
( Intisari / Intisari-online )
Artikel ini pernah tayang di intisari.grid.id dengan judul "Jangan Salah Kaprah, Flu Tidak Memerlukan Antibiotik"
Nyesek, Abidzar Al Ghifari Sampai Lakukan Ini Demi 'Hadirkan' Mendiang Uje di Pernikahan sang Adik, Umi Pipik Auto Mewek
Penulis | : | Justina Nur Landhiani |
Editor | : | Justina Nur Landhiani |