Monica mendapat undangan pertemuan The WHO 8th Milestone of Global Campaign for Violence Prevention, di Canada pada 19-20 Oktober 2017.
Pertemuan itu akan dihadiri oleh perwakilan anak, pemerintah, NGO (non-governmental organization/lembaga swadaya masayarakat) sedunia.
Tanda tangan Purwati di visa Monica diperlukan agar Monica bisa berangkat. Rabu siang, pihak Dinas Sosial mencari Purwati.
Setelah ditemukan, pengurus keberangkatan Monica bergegas berangkat ke Kuningan City untuk menyerahkan dokumen itu. Mereka tiba tepat sebelum batas akhir penyerahan dokumen.
Monica tak tinggal bersama Purwati. Bocah itu tinggal di Yogyakarta bersama kakaknya, David (18) di bawah pengasuhan 'Mbah', dermawan yang menolong Purwati belasan tahun silam ketika ia hidup tak menentu.
Masa kecil Purwati dihabiskan di bawah asuhan ibu angkatnya di daerah Kramat, Senen.
Dengan pendidikan terbatas, Purwati sering bekerja sebagai petugas kebersihan.
Ia kemudian bertemu dengan ayah Monica dan menikahinya. Mereka memiliki tiga anak yakni Devi (21), David, dan Monica.
Sayangnya ketika Monica masih bayi, ayahnya meninggal akibat kecelakaan saat berangkat kerja.
Tanpa pekerjaan, Purwati seorang diri menghidupi anak-anaknya. Ia tinggal di rumah gubuk dengan berjualan sabun colek.
Ketika itu, sabun merk Boom harga ecerannya masih Rp 2.500. Purwati menjualnya seharga Rp 5.000 sehingga bisa menghidupi anak-anaknya.
Ia kemudian tak sengaja dihampiri dermawan yang bergabung dalam komunitas agama.
Penulis | : | Alfa Pratama |
Editor | : | Alfa Pratama |