Nggak lama kemudian, pria tua itu jatuh sakit dan bercerita soal anak-anaknya yang sudah berseteru soal warisan yang akan ditinggalkannya.
Kondisi itu membuat pria tua itu enggan mengonsumsi makanan apa pun dan akhirnya meninggal dunia.
Persahabatannya dengan pria tua itu menjadi motivasi Chen untuk membantu sesamanya. Ia yakin jika ia mengabaikan pria tua itu maka seluruh kehidupannya akan berbeda.
“Apa yang lebih penting ketimbang hidup itu sendiri?” kata Chen.
Setelah itu, setiap pekan, Chen pergi sejauh 25 kilometer ke jembatan itu. Ia selalu tiba pukul 07.30, dan menyusuri jembatan itu baik dengan menggunakan sepeda motor atau berjalan kaki.
Jika bertemu seseorang yang ingin bunuh diri dengan cara melompat dari jembatan itu, Chen akan mengajaknya berbicara dan membujuk mereka agar mengurungkan niatnya.
Chen bahkan menuliskan nomor teleponnya di jembatan itu jika seseorang membutuhkan bantuan saat dia tak berada di sekitar tempat tersebut.
Salah satu sebab Chen rela membantu orang-orang yang hendak bunuh diri itu karena ia memahami perasaan mereka.
Kebanyakan dari mereka yang berniat bunuh diri bukanlah warga asli Nanjing, melainkan para pekerja migran yang datang jauh dari kampung halaman mereka.
Chen tahu betul bagaimana rasanya menjadi orang yang putus asa, kecewa dengan kehidupan, dan jauh dari keluarga yang dicintainya.
Namun, ia menemukan bahwa banyak hal yang bisa dicapai dalam kehidupan dan ia tak ingin seorang pun menyia-nyiakan hidupnya dengan cara nekat yaitu bunuh diri.
Sayangnya, niat baik Chen tak selamanya mendapatkan respon positif.
Beberapa lalu ia sempat terluka karena diserang seseorang yang hendak ditolongnya. (*)