Laporan Wartawan Grid.ID, Ahmad Rifai
Grid.ID - Ibu bapak sepertinya lebih harus berhati-hati dengan lingkungan sekitar.
Bila tak terlalu peduli, mungkin bisa jadi fatal akibatnya.
Saat itu seorang bocah sedang bersama teman-teman, bermain di samping rumahnya.
Ternyata di samping rumahnya dilalui sebuah drainase yang sedang dalam pengerjaan.
Tak disangka-sangka, bocah ini terjatuh dalam saluran drainase tersebut.
Drainase sendiri punya posisi yang cukup vital bagi pemukiman.
Sistem drainasi mengatur pembuangan massa air secara alami atau buatan.
Pembuangan air semcam ini dapat dilakukan dengan menguras, membuanng, atau mengalirkan air.
Drainase pada tempat kejadian ini punya kedalaman yang cukup dalam.
Kurang lebih, dalamnya ada sekitar 1 meter.
Akibat kecelakaan ini, Mario harus dirawat.
Salah satu tangannya mengalami patah tulang.
(Baca juga: Begini Penampilan Miliarder Muda, Medina Zein Saat Menghadiri Resepsi Laudya Cynthia Bella dan Engku Emran)
Bocah ini punya nama lengkap Mario Reinard.
Usianya baru 5 tahun.
Tinggal di RT 15 RW 5, Kelurahan Fatukbot, Kecamatan Atambua Selatan, Kabupaten Belu.
Dikutip wartawan Grid.ID dari Pos Kupang, orang tua si bocah, Arkadius Gani, bilang seperti ini.
"Anak saya yang berumur 5 tahun, harus menjadi korban patah tangan," terangnya di hari minggu (8/10/2017).
Si bocah patah tangan, "Karena terjatuh dalam drainase yang tak ditutup."
"Ini pekerjaan dibiarkan terlantar seperti ini."
Dirinya mengaku kecewa dengan dana dari pemerintah pusat yang dipakai begini.
(Baca juga: Bak ‘Dikutuk’ Tak Pernah Menua, Penampilan Wanita Berusia Setengah Abad Ini Seperti Anak ABG)
Pekerjaan ini dikerjakan dengan asal-asalan.
"Kita masyarakat ini mau supaya pekerjaan yang dekat pemukiman harus dituntaskan dulu," imbuhnya.
Sebab, "Akses jalan terhambat."
Belum lagi, "Tanah yang dekat rumah warga retak akibat tak ditimbun."
(Baca juga: Astaga, Wanita Diperkosa di Depan Suami dan Anak, Pelaku Ancam Lakukan Hal ini Sehingga Suami Korban Terpaksa Menurut)
Pikirnya, "Jika rubuh, siapa yang bertanggung jawab?"
Seorang warga lain punya pendapat seperti ini.
Dia tak mempersoalkan jangka waktu pekerjaan.
Tapi, mempersoalkan mengapa pekerjaan itu sepertinya tak dilakukan dengan penanganan secara profesional?
Alasannya ternyata karena kejanggalan ini.
Bukannya menuntaskan bagian yang melintasi pemukiman pendudu lebih dulu, para pekerja justru memprioritaskan bagian yang ada di hutan.
Yang dekat pemukiman penduduk dibiarkan begitu saja.
Ini kemudian yang membuat lubang pada sisi drainase sangat jadi momok menakutkan.
Warga maupun kendaraan yang melintas terancam bahaya.
Pekerjaan tak tuntas ini tak sesua apa yang diharapkan oleh warga.
Sebelumnya sudah ada petugas dari BPK yang datang memeriksa.
Dikatakan bahwa sebenarnya ini sudah lewat masa kerja.
(Baca juga: Hadir di Resepsi Bella - Engku Emran, Segini Harga Dress dan Tas yang Dikenakan Prilly Latuconsina)
Ignas Kiik yang terdampak pekerjaan ini punya cerita beda lagi.
Akibat pekerjaan yang tak tuntas-tuntas ini, depan rumahnya menjadi tergenang air ketika hujan turun.
Lebih parah, tanah di depan rumahnya terancam akan longsor.
Warga menyesalkan sikap Lurah Fatukbot.
Sang lurah dianggap seolah-olah lepas tangan.
Sebab, sebelum diadakannya pekerjaan pembuatan drainase, semua warga dikumpulkan olah lurah.
Namun setelah berjalannya waktu, sang lurah tak lagi kunjung muncul untuk sesekali memantau perkemban proyek ini.
Sebenarnya, warga ingin lurah muncul karena ada keluhan yang ingin disampaikan terkait persoalan ini.
Keluruahan Fatukbot, Kecamatan Atambua Selatan pada 2017 memiliki alokasi anggaran dari pemerintah.
Ini diberikan untuk pembangunan drainase dengan kontrak 2 triliun 255 juta rupiah.
Proyek ini sendiri telah mulai dikerjakan pada 30 Maret 2017.
Bila berjalan lancar, harusnya pekerjaan telah tuntas di akhir September 2017.
(Baca juga: Temuan Arkeolog Turki Bisa Guncang Pondasi Iman, Inikah Alasan Mengapa Sejarah Harus Selalu Ditulis Ulang?)
Proyek ini sendiri dikerjakan oleh PT. Panca Putra Perkasa Mandiri.
Papan informasi proyek menyatakan bahwa pekerjaan akan dilaksanakan selama 130 hari.
Pada minggu (8/10/2017) ternyata pekerjaan jalan tersebut belum juga tuntas.
Malang, yang warga sesalkan pekerjaan ini tak sesuai kenyataan.
Kembali dikutip dari Pos Kupang, persisnya lokasi proyek ada di beberapa tempat.
Harapan dari warga sebenarnya cukup sederhana.
Mereka hanya berharap yang penting pekerjaan ini bisa bermanfaat bagi orang banyak.
Bukan justru sebaliknya, bikin celaka.(*)
Ngamuk Saat Tak Diberi Uang, Pengemis di Bogor Ini Malah Ketahuan Lagi Top Up: Ngegas Gak Dikasih
Penulis | : | Ahmad Rifai |
Editor | : | Ahmad Rifai |