Grid.ID - Semua orang pasti ingin memiliki berat badan yang ideal.
Apalagi bagi orang yang memiliki kondisi tubuh yang kurang ideal seperti terlalu gemuk.
Maka mengonsumsi minuman dan makanan diet pasti dilakukan.
(BACA : Nikmati Layar Smartphone Lebih Memukau di Vivo V7+, Lewat FullView™ Display )
Namun faktanya malah sebaliknya.
Sebuah penelitian dari Universitas Yale, Connecticut, AS, menyimpulkan sebuah paradoksial: minuman atau makanan diet ternyata dapat meningkatkan berat badan dan memicu diabetes karena otak salah membaca jumlah kalori yang ada dan mengurangi metabolisme.
Peneliti di universitas tersebut menemukan bahwa tubuh berhenti membakar energi dari makanan jika ada 'ketidakcocokan' antara makanan manis dan kalori.
Di alam, rasa manis memberi sinyal energi dan semakin manis semakin banyak kalori tersedia. Jadi, otak telah berevolusi untuk mengharapkan keduanya berkumpul. Bila tidak, otak bisa menjadi bingung, berpikir ada sedikit kalori yang bisa terbakar.
Para ilmuwan mengatakan bahwa hal itu dapat membantu menjelaskan penelitian sebelumnya yang telah menyarankan bahwa pemanis buatan dapat meningkatkan kadar gula darah dan mungkin memicu diabetes.
"Kalori bukanlah sekadar kalori," kata penulis senior Dana Small, Profesor Psikiatri di Yale University School of Medicine.
"Asumsi bahwa lebih banyak kalori memicu respons metabolik dan otak yang lebih besar adalah salah. Kalori hanya setengah dari persamaan; persepsi rasa manis adalah separuh lainnya.
Nyesek, Mutia Ayu Kenang Kepergian Glenn Fredly 4 Tahun Lalu hingga Urus Putri Seorang Diri: Kangen Kamu
Penulis | : | Justina Nur Landhiani |
Editor | : | Justina Nur Landhiani |