“Begitu disibakkan. Nah baru terlihat tumornya ternyata cukup besar menempel di pangkal saraf mata. Saat itu terlihat kecenderungannya menempel di mata sebelah kiri meski sudah ada tanda-tanda menjalar ke mata kanan,” papar Agus C. Anab yang biasa dipanggil dr. Aca tersebut.
Untuk mengambil gumpalan tumor itu, tidak bisa diangkat secara langsung tetapi harus diambil sedikit demi sedikit.
“Harus telaten dan penuh kehatian-hatian. Tidak boleh menyentuh yang lain-lain, oleh karena itu proses operasinya memakan waktu enam jam,” jelas Aca.
Menurut dokter alumnus Unversitas Airlangga Surabaya tersebut, menggunakan teknik ini memiliki banyak kelebihan dibanding cara-cara konvensional.
Pasien mendapat banyak keuntunga, yaitu luka sayatan kecil sehingga proses penyembuhannya sangat cepat, risiko infeksi kecil, pendarahan minimal, secara kosmetik lebih bagus karena bekas sayatan tersamar dengan alis mata.
“Tentu yang paling utama ketika melakukan operasi tidak menyentuh atau merusak bagian otak yang lain, Setelah memasuki hari ketiga, Amelia sudah bisa beraktivitas seperti biasa, kata dr. Aca.
Menurutnya jika menggunakan teknik konvensional, operasi untuk mencapai skull base maka tengkorak bagian atas sampai ke depan harus dibuka lebar.
Setelah terbuka dokter akan menyibak otak sampai ke titik sasaran menuju lokasi tumor.
“Karena dibuka lebar, maka dampaknya pasti lebih besar. Sebab otak yang sehat akan ikut tersentuh, bahkan bisa jadi mengalami kerusakan,” imbuhnya dr. Aca yang pernah mempresentasikan teknik ini di acara Asia Oceania Skull Base Surgery Meeting di Mumbai, India tahun 2015.
Dia menjelaskan bahwa otak berbeda dengan organ tubuh yang lain. Otak merupakan pusat kehidupan.
Dalam sebuah tindakan operasi otak, harus dijaga jangan sampai terjadi kerusakan.
Salah satu contoh, ketika dokter mengangkat payudara pasien yang terkena tumor, maka kondisi pasien pasca operasi akan bisa kembali sehat.
Tetapi tidak demikian dengan otak. Jika salah satu bagian tersenggol --apalagi sampai rusak-- maka akan berdampak besar pada bagian tubuh yang lain.
Nah, untuk melakukan operasi menggunakan Minimally Invasive Key Hole Surgery: Supra Orbital Approach Eyebrow Incision, selain ditunjang peralatan berteknologi tinggi.
Salah satunya mikroskop khusus, dokter yang menjadi operator harus memiliki keterampilan yang mumpuni pula.
Menurut ACA, teknik keyhole surgery supra orbital approach atau operasi dengan lubang kecil pada alis mata ini ditemukan oleh seorang profesor bedah saraf dari Jerman bernama Axel Perneczky pada tahun 1999.
Teknologi ini terus berkembang, khusunya di Eropa, hingga saat ini.
Ia merasa beruntung pada tahun 2008 pernah secara langsung belajar kepada Axel Perneczky, ketika mengadakan workshop di Singapura.
“Alhamdulillah saya pernah menimba ilmu pada sang penemu metode ini secara langsung, sehingga sekarang bisa melakukan operasi sesuai dengan metode dari penemunya,” imbuh Aca.
Dia mengaku untuk menguasai teknik ini dibutuhkan ketelatenan dan kesabaran ekstra.
Usai mengikuti workshop, dia memperdalam lagi dengan magang pada Profesor Nicolay Hofp, seorang ahli bedah saraf anak didik Axel di Stutgart Jerman tahun 2012, selama tiga bulan lamanya.
“Memang teknik ini lebih banyak dikembangkan di Eropa ketimbang Asia,” imbuhnya.
Dalam berbagai kesempatan dirinya sekarang berusaha menularkan kemampuannya tersebut kepada yunior-yuniornya sesama bedah saraf, baik secara langsung maupun di berbagai seminar dalam dan luar negeri.
Gandhi Wasono
Talitha Curtis Bongkar Kelakuan Ibu Angkat, Pernah Sodorin Dirinya ke Om-om di Usia 13 Tahun Demi Hal Ini
Source | : | grid.id |
Penulis | : | |
Editor | : | Gridep |