Grid.ID - Hari Minggu lalu heboh diberitakan tentang pesawat AirAsia penerbangan QZ535 tang tiba-tiba terjun bebas setelah lepas landas.
Dilansir Grid.ID dari Tribunnews.com, pesawat itu mengalami kesalahan teknis 25 menit setelah lepas landas.
Pesawat itu kehilangan tekanan kabin dan meluncur hingga 20 ribu kaki.
Banyak penumpang yang kemudian histeris dan panik.
(Baca: Diduga Akan Memperkosa Seorang Wanita Di Toilet, Pria Ini Ditangkap Dalam Keadaan Telanjang)
Ditambah lagi masker oksigen ditutunkan sehingga menjadi peringatan bagi penumpang bahwa keadaan darurat sedang terjadi.
Beberapa penumpang bahkan sempat mengirimkan pesan singkat kepada keluarga untuk mengucapkan selamat tinggal.
Antar penumpang juga saling mengucapkan kalimat perpisahan.
Namun tentu banyak pertanyaan mengenai penyebab Airbus A320 itu tiba-tiba "jatuh" dari ketinggian 34.000 kaki ke ketinggian 10.000 kaki dalam waktu beberapa menit saja.
(Baca: Miris! Wanita Mainan HP Saat Berjalan di Tangga, Siapa Sangka Maut Menjemputnya, Ini yang Terjadi)
Dilansir Grid.ID dari Kompas.com, penggunaan kata pesawat jatuh untuk kasus ini sebenarnya kurang tepat.
Pesawat terbang dibuat dengan bentuk aerodinamis yang membuat pesawat tidak akan jatuh vertikal seperti kalau batu jatuh.
Bentuk pesawat memungkinkannya untuk meluncur dengan kemiringan tertentu sesuai berat pesawat.
Dalam kasus ini, pesawat mengalamai gangguan sistem udara dan tekanan di ketinggian 34.000 kaki
(Baca: Lihat Apa Yang Ditemukan Oleh Kedua Cewek Cantik Ini Di Selokan Pembuangan Air)
Saat keadaan darurat itu, prosedur memang mengharuskan pesawat terbang secepat mungkin untuk turun ke ketinggian 10.000 kaki.
Hal dilakukan agar kadar oksigen dan tekanan udara normal sehingga tidak membahayakan penumpang di dalamnya.
Hal inilah yang diduga menjadi alasan pesawat langsung terjun ke ketinggian yang aman.
Tak heran pula masker oksigen langsung diturunkan sebagai langkah antisipasi masalah teknis yang terjadi.
(Baca: Orang ini Beli Lemari Bekas, Belakangan Kaget Saat Tahu Siapa Pemilik Sebelumnya)
Hal inilah yang mungkin terjadi sehingga pesawat seakan-akan terasa seperti 'jatuh'.
Meski demikian, kita juga harus menunggu hasil penyelidikan NTSB atau National Transportation Safety Board dan Indonesia dikenal dengan nama KNKT, Komite Nasional Keselamatan Transportasi.
Mereka dalah badan yang memiliki wewenang untuk mencari tahu penyebab kecelakaan dengan membaca kotak hitam.(*)