Laporan Wartawan Grid.ID, Ahmad Rifai
Grid.ID - Sebuah bom dengan daya ledak dahsyat meledakkan mobil hingga terbang.
Kejadian mengagetkan ini menewaskan seorang jurnalis investigasi Malta yang paling terkenal.
Kasus yang mengejutkan ini merenggut nyawa wanita tangguh, Daphne Caruana Galizia.
Dikutip wartawan Grid.ID dari Reuters, bom meledak pada hari senin (16/10/2017).
Wanita yang berumur 53 tahun tersebut mengelola sebuah blog yang sangat populer.
Dia terus-menerus menyoroti kasus dugaan korupsi tingkat tinggi yang menarget politisi dari berbagai partai.
"Ada penjahat di mana pun sekarang Anda melihat!"
"Situasi telah menjadi begitu menyedihkan," ungkapnya di blog yang terbit 30 menit sebelum sebuah ledakan menghancurkan mobil miliknya.
(Baca juga: Dulu Polos dan Sekarang Bak Bidadari Kahyangan, Inilah 8 Foto Transformasi Aurel Hermansyah, Awas Bikin Kaget Semua!)
Penduduk setempat mengatakan bahwa wanita tersebut baru saja meninggalkan rumahnya.
Saat itu dia sedang berada di sebuah jalan dekat Desa Bidnija, Utara Malta.
Di tempat inilah bom tersebut meledak, mengoyak-ngoyak, hingga membuat mobilnya terbang ke lapangan yang ada di sekitar.
Sebelumnya, Galizia menyemprot dengan sejumlah tuduhan pada Perdana Menteri Malta, Joseph Muscat, di awal tahun.
(Baca juga: Unggah Foto Lagi Belanja Sayur, Ternyata Tas yang Dibawa Sissy Priscilla Ini Harganya Malah Bikin Kamu Melongo!)
Namun saat wanita tangguh ini tewas, Joseph Muscat malah bilang begini.
Dia menyebut kejadian mengerikan ini sebagai, "Serangan barbar terhadap kebebasan pers."
Singkatnya, dirinya mencela pembunuhan yang dilakukan kepada Galizia.
Joseph Muscat mengumumkan bahwa biro investigasi federal Amerika Serikat (FBI) telah sepakat untuk membantu polisi setempat dalam menyelidiki kejadian ini.
(Baca juga: Viral Cara Wanita Menyuapi Bayinya Tanpa Ampun Seperti Ini, Netizen: Ibunya Waras?)
Sejumlah anggota FBI diterbangkan ke Malta sesegera mungkin.
Kembali dikutip dari Reuters, Joseph Muscat menyerukan pernyataan persatuan nasional.
"Saya tak akan beristirahat sampai saya melihat keadilan dilakukan dalam kasus ini."
Atas kejadian bengis ini, sekitar 3 ribu orang berkumpul, mengadakan aksi diam sambil menyalakan lilin.
(Baca juga: Sangat Populer, Lagu 'Sayang' Siapa yang Punya? NDX dan Via Vallen Bilang Begini)
Prosesi berkabung dilakukan pada hari selasa (17/10/2017), tepat di Valletta, ibu kota Malta.
Tewasnya Galizia telah membuat hastag 'Je Je Suis Daphne' menjadi viral di jagad medsos Malta.
Malta sendiri adalah negara paling kecil di Uni Eropa.
Kembali dikatakan Joseph Muscat, "Semua orang tahu bahwa Caruana Galizia adalah kritikus yang keras terhadap saya, baik secara politik maupun pribadi."
(Baca juga: Rizky D'Academy Posting Foto Lesti Kejora, Netizen Doakan Langgeng)
"Tapi, tak ada yang bisa membenarkan tindakan biadab ini dengan cara apa pun."
"Satu-satunya obat bagi siapa saja yang merasa difitnah adalah," dengan mengambil jalur, "pengadilan."
Sebelumnya, Perdana Menteri Malta ini pernah menggugat Galizia atas tulisannya di awal tahun.
Tulisan tersebut menguak tentang istri Joseph Muscat yang merupakan salah seorang pemilik perusahaan di Panama.
(Baca juga: Ratu Elizabeth Makan Pakai Tupperware? Inilah Rahasia Kerajaan Inggris yang Perlu Kamu Tahu)
Selain itu, tuduhan juga mengatakan bahwa sejumlah besar uang telah dipindahkan antara dari perusahaan dan rekening bank di Azerbaijan.
Namun, baik istri maupun Joseph Muscat membantah tuduhan ini.
Guna mencari mosi percaya untuk melawan tuduhan, sang Perdana Menteri Malta mengadakan pemilihan umum pada bulan Juni lalu.
Hasil dari pemilihan ini dengan mudah dimenangkan oleh Joseph Muscat.
(Baca juga: Syifa Posting Foto Sedang Kondangan, Netizen Malah Bully Penampilannya)
Blog Caruana Galizia membuat dirinya menjadi seorang politisi oposisi.
Dikutip wartawan Grid.ID dari Malta Television, sebenarnya wanita ini telah mengajukan keluhan kepada polisi 2 minggu sebelumnya.
Dirinya mengatakan bahwa ia telah menerima sejumlah ancaman.
Kembali dikutip dari Reuters, pimpinan oposisi, Adrian Delia, mengatakan tewasnya blogger tersebut secara mengenaskan adalah sebuah pembunuhan politik.
(Baca juga: Jangan Iri! Disebut Sebagai Pasangan 'Beauty and The Beast', Begini Cara Wanita Ini Bungkam Netizen)
"Caruana Galizia mengungkapkan Panama Papers dan merupakan sebuah kritikan kuat pada pemerintah."
Adrian Delia menyerukan agar dilakukan penyelidikan independen atas kasus pembunuhan ini.
"Kami tak akan menerima penyelidikan oleh Komisaris Polisi, komandan Angkatan Darat, atau petugas hakim."
Semua dari mereka, "Mendapat kritik dari Caruana Galizia."
(Baca juga: Sistem Pada Otak Robot Makin Otonom, Benarkah Manusia Akan Jadi Rongsokan di Masa Depan?)
Atas kejadian ini, pendiri Wikileaks, Julian Assange, menawarkan hadiah sebesar 200 ribu Euro.
Dia minta bagi siapa saja yang dapat menguak informasi yang mengarah pada dugaan pembunuhan Galizia serta politisi Eropa yang menyatakan cemas saat kematiannya.
Frans Timmermans, wakil presiden European Commission, politisi partama yang mentwit bahwa dirinya, "Terkejut dan marah."
Ia menambahkan, "Jika wartawan dibungkam, kebebasan kita hilang."
(Baca juga: Diet, Seorang Wanita Hanya Makan Biskuit dan Air Untuk Beberapa Bulan, Hasilnya Lebih dari Yang Diharapkan)
Manfred Weber, kepala blok konservatif di Parlemen Eropa, juga berkomentar terkait kejadian keji ini.
Dirinya mengatakan bahwa pembunuhan ini sebagai tanda bagi, "Hari yang gelap bagi demokrasi."
Caruana Galizia sendiri membidik sejumlah politisi dan pejabat senior di seluruh Malta.
Dia menganggap negara ini sebagai sarang korupsi.
Ungkapnya tahun lalu, "Kehidupan publik Malta menderita akibat ketidakstabilan yang berbahaya dengan tak adanya prinsip maupun kehati-hatian."
Pihak keluarga meminta agar hakim yang ditugaskan untuk kasus ini, Consuelo Scerri Herrera, diganti.
Ada anggapan adanya benturan kepentingan seperti yang ditunjukkan oleh sejumlah dokumen pengadilan.
Herrera sendiri pernah meminta ganti rugi setelah Galizia menyerangnya dalam tulisan di blog.(*)
Viral Polisi Tembak Polisi, AKP Dadang Iskandar Nekat Tembak Juniornya hingga Tewas, Ternyata Sempat Beri Ancaman Ini ke Polisi Lain
Penulis | : | Ahmad Rifai |
Editor | : | Ahmad Rifai |