Laporan Wartawan Grid.ID, Ahmad Rifai
Grid.ID - Europol mendesak penyedia layanan internet untuk segera mengambil tindakan guna menghentikan sejumlah orang berbagi alamat IP dengan para pedofil maupun teroris.
Alamat IP atau Internet Protocol Address adalah deretan angka biner yang dipakai sebagai alamat identifikasi untuk tiap device dalam jaringan internet.
Europol menganggap akan ada masalah besar bila para penyedia layanan internet tak meningkatkan kualitas layanan mereka.
Bagaimana bisa, sejumlah orang-orang biasa harus berbagi alamat IP dengan seorang teroris?
(Baca juga: Wow! Deretan Artis Ini Pernah Lakukan Adegan 'Panas' di Film, Ada yang Beneran Juga Loh)
Tentu ini akan sangat berdapak bagi para pelanggan.
Europol, sebuah badan penegak hukum Uni Eropa, mengatakan bahwa polisi tengah menghadapi masalah besar dalam menyelidiki terorisme, kejahatan siber, perdagangan narkoba, eksploitasi seksual anak secara online, serta sejumlah masalah kriminal lainnya.
Dikutip wartawan Grid.ID dari Sputnik, Direktur Electronic Warfare Systems Research, Profesor David Stupples, bilang seperti ini.
Dirinya mengatakan dibutuhkan sebuah undang-undang (UU) baru di Uni Eropa untuk memaksa sejumlah perusahaan penyedia layanan internet agar mengambil tindakan.
Profesor Stupples menyebutkan bahwa Uni Eropa dan Amerika Serikat (AS) perlu meloloskan UU yang akan memaksa penyedia layanan internet untuk mengambil tindakan yang dibutuhkan.
"Tingkat deteksi kejahatan melalui internet mungkin akan menjadi lebih buruk."
"Tapi, kekhawatiran sebenarnya adalah terorisme."
"Apakah akan bertambah buruk?"
"Mungkin, kita perlu melakukan sesuatu untuk hal ini."
"Ini sangat serius," ungkap Profesor Stupples.
(Baca juga: Kisah Pilu Bayi di Madiun, Disembunyikan Dari Ibunya Ketika Baru Lahir, Ternyata Ini yang Terjadi Sebenarnya)
What if you have a static v4 IP address, hows that gonna work?
— Antony Smith (@antony_j_smith) October 19, 2017
Setiap device, baik itu PC, laptop, ponsel, atau tablet, semua perangkat tersebut memerlukan alamat IP untuk mengakses internet.
Saat ini, sebagian besar device menggunakan Internet Protocol Version 4 (IPv4) yang terbatas hingga 4,3 miliar alamat IP.
Namun, IPv4 tak mampu memenuhi permintaan yang meledak untuk alamat IP baru.
Hal ini diakibatkan meledaknya penjualan ponsel maupun tablet.
(Baca juga: Terungkap! Ternyata Begini Tampilan Maia Estianty Tanpa Make Up! Mengejutkan Banget!!)
Kini sudah ada versi terbaru berupa IPv6.
I love how @ubnt swiftly patched KRACK, but when will @ubnt support IPv6? pic.twitter.com/OFoSAlAEW5
— Jan Ernsting (@janernsting) October 18, 2017
IPv6 dikatakan jauh lebih baik dibandingkan geneasi sebelumnya.
Akan tetapi, transisi dari IPv4 ke IPv6 membutuhkan penyedia akses internet dan penyedia konten untuk memperbarui software dan hardware.
Tentu, harganya tak murah.
Untuk mengatasi masalah ini, penyedia layanan internet telah mengadopsi teknologi Carrier Grade Network Address Translation (CGN).
(Baca juga: Usai Menyilet Wajah Gadis Cantik di Medan, Pria ini Jadi Buronan Polisi, Teman Korban Ungkap Fakta Mengejutkan ini)
Ini memungkinkan ribuan individu dan perusahaan untuk berbagi alamat IP di IPv4.
Ini memang dapat jadi solusi sementara.
Akan tetapi, Europol mengatakan beberapa operator justru menggunakannya sebagai pengganti transisis IPv6.
Europol memperkirakan sebanyak 90 persen perangkat mobile dan 50 persen perangkat selain mobile menggunakan CGN alih-alih menggunakan standar yang baru.
Profesor Stupples mengatakan bahwa transisi menuju IPv6 sangat lambat.
Diperkirakan pada tahun 2025, sekitar 30 persen pelanggan masih akan berbagi alamat IP dengan orang asing, yang bisa jadi dengan seorang teroris atau pedofil.
Jadi, "Ini bukan cerita yang bagus."
"IPv6 telah tersedia selama 4 tahun."
Keputusan bisnis bikin kacau dan mengancam keselamatan sejumlah orang.
Tentu kemudian diperlukan sebuah UU baru.
"Kita membutuhkan Uni Eropa untuk mengatakan kepada setiap orang bahwa IPv6 akan digunakan pada tahun 2021."
Dengan begini, akan ada dorongan untuk berubah.
(Baca juga: Didi Mahardika dan Vanessa Angel Putus Ternyata Juga Karena Ini... )
Bahkan, akan lebih baik bila Tiongkok, Russia, Uni Eropa, serta Amerika Serikat (AS) berkumpul dan mendukung IPv6.
"Selama ini, organisasi kriminal dan teroris memiliki tingkat anonimitas tinggi."
"Kita tak dapat mengikat sebuah alamat IP kepada individu atau organisasi tertentu."
Inilah faktor utama yang menghambat para penyidik yang mencoba mengidentifikasi jaringan teroris dan pedofil.
"Ini sngat menyita waktu dan kita kehilangan banyak waktu dalam ketidakpastian."
Kembali dikutip dari Sputnik, Direktur Eksekutif Europol, Rob Wainwright, bilang begini.
Adanya, "Teknologi CGN justru menciptakan kesenjangan kemampuan onlie yang serius dalam upaya penegakan hukum guna menyelidiki dan menangani kejahatan."(*)
Gunung Raung Erupsi Sehari Sebelum Natal, Pendaki Dengar Suara Ngeri ini dan Buru-buru Selamatkan Diri
Penulis | : | Ahmad Rifai |
Editor | : | Ahmad Rifai |