Bekerja untuk SHDEPHA, sebuah organisasi yang melawan diskriminasi terhadap korban HIV/AIDS dan memberikan edukasi dan layanan gratis mengenai kontrasepsi, Oduor sangat menggebu-gebu mengenai edukasi seksual sejak dini.
Semangat ini berawal dari saat Oduor masih berusia 13 tahun ketika dia kembali ke asrama.
Oduor menemukan temannya yang seumur di ranjang dalam keadaan tidak sadar dan bersimbah darah.
Bersama dengan 7 orang temannya, Oduor menggotong temannya tersebut sejauh 8 kilometer.
Akan tetapi, teman tersebut meninggal ketika mereka mencapai rumah sakit.
Staf rumah sakit yang bertugas mengatakan bahwa penyebab anak perempuan tersebut meninggal adalah karena komplikasi kehamilan dan aborsi yang tidak aman.
Berbicara dengan Refinery29 saat ditemui di Konferensi Keluarga Berencana Internasional 2016 di Indonesia, Oduor mengatakan, “Yang membuatku paling marah dan bertanya-tanya adalah kenyataan bahwa cerita ini disembunyikan.
Mereka (staf di sekolah Oduor) berkata bahwa anak perempuan tersebut hanya sakit, meninggal dan akan dikubur.”
“Dia tidak diajari mengenai keluarga berencana, dia tidak diajari mengenai bagaimana menegosiasikan [bercinta]... Aku menyaksikan hal tersebut dan itulah saat duniaku terbalik, dan aku berkata, ‘adakah yang bisa kulakukan?’” ujarnya.
Di usia 30, Oduor telah membangun grup konseling di asramanya dan memimpin berbagai organisasi untuk membantu remaja di Kenya dan Tanzania dengan satu pesan yang jelas: anak muda melakukan bercinta dan mereka memiliki hak untuk melakukannya dengan aman.
“Anak muda siap untuk ini, dan waktunya adalah sekarang – kita tidak bisa berkata bahwa hal tersebut masih besok,” pungkasnya. (*)
( Kompas / Shierine Wangsa Wibawa )
Artikel ini pernah tayang di kompas.com dengan judul "Bahaya Mitos Mengenai Kontrasepsi terhadap Wanita"
4 Arti Mimpi Roti Gandum Bukan Hal Buruk, Pertanda Soal Kesejahteraan Hidup, Berbahagialah
Penulis | : | Justina Nur Landhiani |
Editor | : | Justina Nur Landhiani |