Beberapa pihak mengidentifikasikan kecanduan menonton film porno sama halnya dengan perilaku hiperseksual, ditandai dengan keinginan yang tidak dapat dikendalikan untuk melakukan aktivitas seksual atau stimulasi yang bisa berdampak negatif pada kehidupan, seperti kehilangan pekerjaan atau hubungan cinta yang kandas
. Karena kebiasaan ini secara parameter psikologi dikatakan sebagai kecanduan, banyak terapis menyarankan perawatan bagi pecandu film porno sama halnya dengan perawatan untuk pecandu narkoba, yakni rehabilitasi.
Meskipun begitu, bukan berarti para hiperseks atau pecandu film porno tidak memiliki masalah destruktif dan tidak dapat dikendalikan.
Artinya, para pecandu film porno membutuhkan perawatan yang berbeda dari para pecandu narkoba atau pecandu judi.
Sebab, sebuah studi yang dipublikasikan pada jurnal Biological Psychology menyatakan bahwa aktivitas neurologis pecandu film porno tidak sama dengan pecandu narkoba.
Studi tersebut menemukan bahwa aktivitas neurologis pecandu heroin lebih tinggi ketimbang pecandu film porno.
Studi tersebut menyatakan bahwa rehabilitasi atau medikasi untuk para pecandu film porno tidak akan berhasil karena jalur saraf dari stimuli ke sistem yang menstimulasi keinginan untuk memperoleh penghargaan atau pemberian, berbeda dengan yang terjadi pada para hiperseks.
(BACA : Ternyata Begini Wajah Pedangdut Nella Kharisma Tanpa Make Up, Netizen: Bikin Pangling )
Sehingga, kecanduan film porno secara teknis tidak bisa dikatakan kecanduan. (*)
( Kompas / Sakina Rakhma Diah Setiawan )
Artikel ini pernah tayang di Kompas.com dengan judul "Kecanduan Film Porno Mampu Picu Perceraian?"
Penulis | : | Justina Nur Landhiani |
Editor | : | Justina Nur Landhiani |