Dia harus bekerja sejak pukul 05.00 WIB sampai pukul 13.00 WIB.
Selanjutnya sore hingga malam dia harus kembali ke warung sampai petang untuk kembali melanjutkan pekerjaan.
Tempo waktu bekerja siang malam itu, dia hanya mendapat upah Rp 40 ribu per hari.
Baca Juga : Menengok Amel, Gadis Kecil Yang Rela Berjualan Tisu Di Stasiun Cawang Demi Bantu Perekonomian Keluarga
Kebutuhan itu dirasa kurang karena harus menanggung utang yang ditinggalkan oleh suaminya.
"Hasil upah jualan gandos saya berikan sebagain untuk kebutuhan rumah," kata Riyan.
Keinginannya kembali mengenyam pendidikan oleh Riyan kian jauh.
Baca Juga : Kasihan, 20 Tahun Berjualan Padi dan Ubi, Seorang Bapak di Lombok Ditipu Agen Travel Umroh dan Haji
Apalagi sampai saat ini belum ada sentuhan perhatian oleh pemerintah atas nasib keluarga mereka.
Namun Riyan dan ibunya tak patah arang.
Mereka enggan meminta-minta.
Mereka akan terus bekerja selama masih diberi anugerah kesehatan.
Melihat kondisi keluarga yang jauh dari kata sejahtera akhirnya banyak yang iba.
Rasa iba itu disalurkan dengan membeli kue gandos dagangan Riyan.
Misalnya Laila Agusriah, perempuan berusia 21 tahun setelah tahu kondisi keluarga Riyan akhirnya membeli kue gandos yang dijajakan Riyan.
"Jajan gue gandos itung-itung melariskan dagangannya, biar cepat habis," kata perempaun asal Kelurahan Desa Purwosari, Kecamatan Kudus. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribun Jateng dengan judul, "Malu Sering Terlambat Bayar SPP, Anak Yatim Di Kudus Putus Sekolah Lalu Jualan Gandos"
Source | : | Tribun Jateng |
Penulis | : | None |
Editor | : | Bunga Mardiriana |